Move on itu gampang. Melepaskan kenangan masa lalu yang sulit.

Buat saya move on itu tindakan, bukan niat. Kita move on bukan karena ingin, tapi karena harus. Nggak bisa dong kita terus-terusan sengsara, bertahan pada pemikiran “seandainya saja…” dan nggak berhenti menyalahkan diri sendiri.

Putus cinta nggak pernah mudah, sebab kamu harus berurusan dengan rasa sakit yang begitu kuat. Dan rasa sakit itu baru awalnya, sebab setelah berhasil mengatasi rasa itu, mulailah fase kekosongan. Rasa hampa bakal kamu rasakan hingga ke relung-relung tergelap dalam hati kamu.

Nggak ada yang bisa memahami kamu, bahkan orang-orang terdekat pun jadi susah dipercaya. Kalimat penghibur semacam “tenang saja, nanti pasti akan ada yang lebih baik,” sama sekali nggak ngebantu. Sebaliknya, malah menjengkelkan. Ini adalah kenyataan menyakitkan karena kamu masih dalam tahap rentan, sebab satu-satunya orang yang kamu inginkan adalah orang yang telah pergi dari hidupmu.

Tentu saja, kamu bisa menghapus semua hal yang mengingatkanmu padanya. Men-delete foto-fotonya dari ponsel, menghapus semua percakapan Whatsapp, membuang barang-barang yang pernah diberinya. Tetap saja, pada akhirnya ada hal yang tidak dapat dengan mudah dibuang, yakni kenangan saat bersama.

Tidak peduli seberapa keras mencoba, kamu tidak dapat membuangnya. Dan semakin kamu mencoba untuk melupakan, semakin tajam dan jelas ingatanmu pada saat-saat manis dengannya. Kamu terus merindukan perhatian atau ucapan dia di masa lalu yang selama ini kamu abaikan. Kamu menyesali diri mengapa dulu nggak memberikan lebih banyak cinta padanya.

Tapi, hei, itu semua masa lalu. Berhenti menyiksa diri dengan penyesalan, sebab masa lalu adalah satu-satunya waktu yang tidak bisa kamu kendalikan.

Kamu pernah bersamanya, dan sekarang waktunya melepaskan keterikatanmu padanya. Rasa sakit akan terus datang dan pergi seperti gelombang laut, tapi sekali lagi, itu tidak akan membunuhmu, sebaliknya justru akan membuatmu lebih kuat. Jadi, berhenti melarikan diri dari rasa sakit merupakan cara terbaik.

Wajar jika rasanya seperti masih ada lubang menganga di dada. Kadang-kadang, rasanya seperti bara terakhir dalam api. Kenyataannya, kamu sendirian. Kamu ada di sini, sendiri. Tanpanya.

Tapi, kamu memiliki keluarga dan teman-teman. Mereka lah yang akan membantumu melalui semuanya. Mereka adalah tempat mencurhakan hati, pikiran, dan perasaanmu.

Hatimu sakit? Itu bagus, sebab berarti kamu benar-benar mencintainya. Kamu dan dia pernah berbagi cinta, makanya kamu merasa tak bisa berhenti mencintainya.  Tapi, sekarang saatnya kamu harus mulai mencintai diri sendiri.

Frank Herbert pernah bilang, “Ending itu nggak nyata. Ia hanya tempat di mana kita berhenti bercerita.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.