Kemarin gak sengaja saya ketemu teman lama. Kami mampir di toko donat dan ngobrol lama. Dia masih sama; masih pencinta alam, masih sibuk dgn program2 cinta lingkungan dan rehabilitasi anak jalanan, masih buat film dokumenter, dan –- tentunya, masih lajang! Mengingat gaya hidupnya yg religius (itu bedanya dia dan saya ^_^ ) dan dari ceritanya ttg kesulitannya menemukan pasangan ideal – saya yakin dia masih perjaka.

Well, thn ini umurnya 40. Saya lebih muda lima tahun darinya dan menikah delapan thn yg lalu, jadi saya kesulitan menghilangkan pikiran nakal saya selama ngobrol dgnnya. Saya penasaran, bagaimana dia tahan hidup tanpa seks sampai setua ini. Kemungkinan logis yg terpikir oleh saya hanya masturbasi.

Masturbasi – Semua agama dan budaya di muka bumi ini melarangnya, tapi saya lebih percaya survey BBC yg mengatakan sekitar 90% populasi lelaki di duna melakukannya (sayangnya BBC tidak menyebutkan berapa persen populasi perempuan yg melakukannya).

Saya lebih suka melihat masturbasi sebagai sistem pertahanan diri – supaya tetap waras, jadi ia tidak jahat. Kalaupun tidak bermasturbasi, lelaki tetap harus mengeluarkan produksi cement-nya lewat mimpi basah, bukankah ini mekanisme yg sama?

Saat libido susah ditahan, masturbasi juga lebih sehat dan tidak beresiko spt pergi ke pelacur atau memperkosa perempuan… sedangkan utk menikah, selain harus menemukan perempuan yg tepat dulu, ada banyak pertimbangan lain disana sini – jadi masturbasi juga lebih efisien. Sayangnya, banyak teman yg gak setuju dgn pendapat saya.

Saat berpisah dgn teman saya itu, saya tetap belum bisa mengenyahkan pikiran nakal saya. Malah saya jadi teringat anekdot sok eufimis dari rekan-rekan pria di kantor ttg bujang lapuk. Kata mereka; “Sayang amat, masa bertahun-tahun cuma dipakai buat pipis”