Duh, mana mungkin saya punya waktu buat menulis tiga halaman setiap pagi?

Itu reaksi spontan ketika pertama kali mendengar tentang Morning Pages-nya Julia Cameron. Rasanya siapapun akan bereaksi seperti saya… pada awalnya.

Dan saya senang bahwa ternyata saya salah.

Sebab setelah mempraktekkannya sendiri selama 240 hari terakhir (Iya, ini 8 bulan. Saya mulai sejak Februari tahun ini) Morning Pages benar-benar mengubah banyak cara berpikir saya. Misalnya:

  • Otak saya mulai banjir ide-ide tentang pengembangan bisnis penulisan saya
  • Banyak hal yang menganggu dan membuat saya tak nyaman bisa saya selesaikan
  • Saya mulai bisa mengasah intuisi dan lebih mendengarkan suara hati

Hal-hal itu, barangkali recehan buat orang lain, tapi di saya menjadi penting. Sebab saya bisa lebih fokus, meninggalkan situasi yang tak memberi manfaat, membuka kunci kreatifitas dan mengurangi keriuhan benak saya yang penuh pertanyaan tak terjawab  – eh, kalimat terakhir cukup elegan kan untuk bilang bahwa saya overthinking? 😀

Morning Pages adalah salah satu hal sederhana yang (pada awalnya) mungkin terasa tak mungkin kita lakukan. Mirip seperti banyak hal sederhana lain dalam hidup yang ditolak mentah-mentah oleh pikiran-pikiran rumit kita.

Morning Pages adalah tiga halaman yang ditulis dengan tangan, ditulis secara mengalir tanpa beban, dan idealnya dilakukan pagi hari sebelum memulai aktivitas rutin.

Berbeda dengan Bullet Journal yang butuh ketelitian, perencanaan dan kemampuan membuat coretan, tak ada aturan apapun dalam Morning Pages. Menurut saya, Morning Pages bahkan bukan menulis sama sekali, ia hanya apapun yang terlintas dalam pikiran kita – dan hanya ditulis untuk kita. Morning Pages memicu produktifitas, menjernihkan pikiran, mensinkronkan dan memprioritaskan keinginan, kebutuhan dan tujuan pribadi kita dalam sekali tulis. Dalam Morning Pages, kita nggak boleh overthinking, tulis saja tiga halaman, apa saja… dan kemudian tulis tiga halaman lagi pada hari berikutnya.

Selama 240 hari sejak menulis Morning Pages, saya kecolongan sekitar empat hari. Pada hari-hari saya tidak menulisnya, saya merasa bete seharian. Barangkali ini efek Plasebo, entah lah. Yang jelas, Morning Pages menjadi rutinitas dan menjadikan saya lebih tenang. Alasannya?

Morning Pages membuat pikiran saya lebih jernih

Barangkali bukan saya saja yang mengalami setiap bangun pagi pikiran dipenuhi dengan puluhan – mungkin ratusan hal. Agar tidak kelelahan duluan sebelum memulai hari, saya perlu menggelontor sebagian pikiran tersebut. Morning Pages menjadi “tempat sampah pikiran” yang membuat saya tak lagi memusingkan banyak hal, melainkan fokus pada hal yang paling penting saja. Dalam tiga halaman, saya membuang kecemasan-kecemasan kecil, seperti pendapat orang lain tentang saya, hal-hal yang belum terjadi, kesalahan-kesalahan masa lalu hingga hal-hal lebih besar yang membajak pikiran selama berminggu-minggu. Morning Pages membuat saya kemudian bisa mulai berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih konstruktif.

Morning Pages membuat saya lebih kreatif

Kreatifitas tidak tercipta begitu saja, melainkan harus ditemukan. Dan melalui kegiatan pagi yang amat sederhana ini, saya bisa menemukannya. Banyak ide yang bersembunyi dalam lipatan otak bisa saya suruh keluar melalui tulisan tiga halaman setiap pagi. Kadang, saya dibuat kagum sendiri oleh kemampuan otak saya menyimpan ide-ide hebat di sana tanpa sepengetahuan saya.

Morning Pages membuat musuh terbesar saya menjadi lebih kalem

Musuh terbesar saya adalah Si Tukang Kritik dalam otak. Tahu kan? Suara-suara kecil di kepala yang sering menyalahkan, menanggap kita tak cukup baik atau tak berguna. Tukang kritik ini benar-benar cerewet, dan seringkali membikin saya bete. Menulis dengan metode Morning Pages setiap pagi membuat Si Tukang Kritik ini lebih kalem. Iri hari, kemarahan, perasaan rapuh dan malas… semua emosi itu bisa dituangkan dalam lembaran kertas sehingga saya bisa melihat bagaimana Si Tukang Kritik ini mencoba memanipulasi saya. Dan, juga membuat saya kemudian menyadari bahwa sebenarnya saya nggak buruk-buruk amat – seperti kata Si Tukang Kritik itu.

Lantas, kenapa Morning Pages harus ditulis dengan tangan? Bukannya diketik di komputer atau smartphone bisa dan lebih efisien? Lagipula nggak banyak orang yang punya tulisan tangan bagus, kan?

Inilah yang menarik dari Morning Pages. Ia harus ditulis dengan tangan. Memang lebih lambat, namun justru “lambat”nya itulah yang membuat kita terhubung dengan emosi-emosi kita.

Menulis di atas keyboard memutuskan hubungan emosi, sebab kita cenderung menggunakan otak bagian depan saat melakukannya. Otak bagian ini berkaitan dengan kemampuan analisis, dan di situ pula tempat tinggal Si Tukang Kritik. Lagipula, dengan menggunakan keyboard, kita cenderung mudah ketik-hapus-ketik-hapus. Kita memang menulis lebih cepat, tapi kurang dalam.

Menulis dengan tangan barangkali terasa seperti naik mobil dengan kecepatan 25km/jam. Lama sampai di tujuan, namun di sepanjang jalan kita bisa melihat banyak aktivitas, toko, pompa bensin, bahkan kelompok burung-burung gereja bertengger di dahan atau daun-daun yang beguguran (puitis euy…)

Dan, menggunakan analogi ini, menulis dengan tangan membuat kita menjalani hari dengan lebih efektif, efisien dan “kaya” akan banyak hal.

Ide besar dari Morning Pages itu sederhana. Bangun dan menulis tiga halaman dengan tangan tentang apa saja yang melintas di pikiran, setiap pagi.

Di pagi hari, ego kita belum benar-benar sadar. Kita bisa memanfaatkan waktu itu untuk memuntahkan pikiran tanpa campur tangan ego kita.

Apa yang harus ditulis? Apapun!

Bagaimana jika tak tahu harus menulis apa? Nggak masalah, mulai saja tulis, “saya nggak tahu harus menulis apa hari ini…” atau “pagi ini, saya sebal dengan hari kemarin sebab…” – percaya deh, ketika kita “memaksa diri” untuk menulis, pada akhirnya kita akan merasa tiga halaman enggak cukup untuk menuangkan semua sampah pikiran kita. Tapi, tetap berhenti pada tiga halaman, dan mulai lagi keesokan harinya.

Bagaimana jika tidak ada waktu? Pasti ada. Seheboh apapun pagimu, kamu pasti punya waktu untuk menulis tiga halaman. Awalnya, saya pun kesulitan menemukan waktu terbaik. Saya kira harus ditulis pagi-pagi sekali sebelum berkegiatan, tapi pada akhirnya, waktu terbaik buat saya adalah ketika semua orang di rumah sudah berangkat. Jam-jam itu sepi, hanya suara kicauan burung di rumah depan yang terdengar. Dan saya hanya perlu sekitar 20-25 menit untuk ritual Morning Pages ini – tentu saja ditemani secangkir kopi hitam.

Menulis Morning Pages setiap pagi benar-benar membantu saya menjadi lebih baik dalam berpikir, berbicara dan bertindak. Tentu saya tidak akan pernah jadi orang yang sempurna atau super hebat setelah rutin menjalankan ritual Morning Pages, tapi saya selalu merasa lebih baik daripada saya sebelumnya. Dan, yang paling saya sukai adalah bahwa tidak ada aturan benar salah dalam Morning Pages. Saya tak perlu khawatir berucap salah, atau dinilai orang lain. Sebab, Morning Pages tidak untuk siapa-siapa, bahkan tidak untuk diri sendiri.

Dalam bukunya, Julia Cameron mengatakan, jangan pernah berniat membaca ulang halaman-halaman Morning Pages yang sudah ditulis. Beberapa pelaku Morning Pages malah lebih ekstrem, mereka membakar bukunya setelah penuh. Kenapa nggak boleh dibaca ulang? Sebab, memang tidak perlu. Kita juga nggak akan pernah melongok isi keranjang sampah yang telah kita buang, kan?

Tapi, saya suka menyimpan buku hasil Morning Pages saya (saat ini sudah masuk buku ketiga, buku tulis A4 biasa, seperti yang digunakan anak sekolah). Nggak takut terbaca orang lain? Di rumah, saya membiasakan setiap anggota keluarga, termasuk diri sendiri, untuk menghormati privacy. Jadi kekhawatiran itu nggak pernah muncul. Cuma, kalau kamu takut terbaca orang lain, ya simpan dengan sangat baik, atau bakar saja setelah ditulis.

Oya, kalau kamu tertarik buat mulai Morning Pages, saya mau bagi tipsnya:

  • Dedikasikan 20 menit di pagi hari untuk Morning Pages. Ini artinya, jangan ada gangguan – telepon, medsos, atau apapun. Fokus menulis, boleh sambil dengar musik jika itu membantu.
  • Siapkan buku tulis dan pena semalam sebelumnya.Mencari-cari alat tulis makan waktu dan bisa bikin kamu ilfeel, nggak jadi menulis.
  • Bangun 30 menit lebih awal. Berat memang, tapi pasti bisa. Kuncinya, mengubah mindset akan kebiasaan saja.

Have a great Morning Pages practice ya 🙂 

2 Replies to “Morning Pages”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.