Ini posting pertama dari ide #28harimenulistentang cinta. Iya, bulan Februari ini saya tiba-tiba kepingin banget mengisi blog ini dengan cerita apapun yang berkaitan dengan cinta dan kasih sayang. Cita-citanya sih sampai akhir bulan saya posting tiap hari, moga-moga kesampaian.

Eh tapi, kenapa memilih Februari? Apa karena ini bulan cinta?

Ah, enggak juga. Ntar saya dikira kebarat-baratan kalo bilang iya 🙂 Memang sih sebagian orang merayakan hari Valentine sehingga Februari dianggap bulan paling romantis. Tapi sebenarnya alasan utama saya adalah karena banyak orang yang saya cintai lahir pada bulan ini, termasuk almarhum ayah saya. Selain itu, saya menikah di bulan ini. Jadi, ya lumayan istimewa buat saya.

Istimewa lagi karena jumlah harinya 28 saja. Gimana pun juga menulis setiap hari selama itu nggak mudah, apalagi kalau harus 30 atau 31 hari. Iya, yang terakhir itu memang alesan banget 😀

Pagi tadi saya dapat ide menulis dari quote bagus ini:

When two people love each other, nothing is more imperative and delightful than giving ~ Guy de Maupassant

Saya termasuk pendukung skeptis cinta pada pandangan pertama. Mungkin karena saya tidak pernah mengalaminya. Entah karena dulu kalau ketemu cowok ganteng, saya malah lebih sibuk sama pikiran-pikiran nggak penting. Rambut udah oke belum ya? Lipstik ketebalan gak? Aduh nih perut kok one pack gini? dan seterusnya, dan seterusnya — sehingga melewatkan pandangan pertama. Bisa juga karena sering prejudis sama orang lain. Pada pandangan pertama, saya malah langsung berpikir “Ih, ngapain sih nih orang liat-liat?” Hehe.. nggak ding!

Alasan utamanya adalah saya lebih percaya bahwa proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan deal kelompok dari mana kita berasal. Bohong besar deh kalau seseorang merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban apabila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu hari nanti.

Kehilangan perspektif bukan pertanda jatuh cinta, tapi sinyal kebodohan. Saya percaya cinta nggak datang dari pandangan pertama, sebab cinta membutuhkan proses. Cinta tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks sehingga membutuhkan waktu. Cinta bukan panah yang ditembakkan Cupid dan juga tidak jatuh dari langit.

Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru.

Mungkin yang terjadi pada cinta pada pandangan pertama adalah timbulnya serangan perasaan saling tertarik yang kompulsif dan sangat kuat, yang lalu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda. Dalam kasus itu, banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri.

Sebaliknya dengan orang yang benar-benar mencinta, mereka mencintai pasangan sebagai pribadi yang utuh. Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi. Kalau seseorang berkeinginan menguasai kekasih atau melulu mengalah berarti dia belum siap memberi dan menerima cinta. Orang yang mencinta menganggap pasangan sebagai tempat untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri.

Nah, kamu termasuk pendukung cinta pada pandangan pertama atau cinta pada pandangan kesekian?

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.