Sejak mulai menulis novel PESAN beberapa bulan yang lalu, saya mencoba untuk memusatkan pikiran pada bagaimana menulis cerita yang bagus. Saya membaca buku dan posting blog tentang menulis, mengambil kelas menulis fiksi, menanyakan belasan teman penulis, dan, tentu saja, menulis cerita sendiri.

Sepuluh langkah berikut adalah intisari dari semua yang saya pelajari tentang menulis cerita yang bagus.

Tulis Dalam “Satu Kali Duduk”

Tulis draft pertama dari ceritamu dalam waktu sesingkat mungkin. Jika menulis cerita pendek, cobalah untuk menulisnya dalam satu hari. Jika menulis novel, cobalah untuk menulisnya dalam tiga bulan.

Jangan terlalu khawatir tentang plot, setting dan sebagainya, bisa melakukannya setelah tahu bahwa kita memiliki sebuah cerita untuk ditulis terlebih dulu. Draft pertama adalah proses penemuan. Kita seperti seorang arkeolog yang menggali kota kuno. Kita mungkin memiliki beberapa petunjuk tentang di mana kota tersebut terkubur, namun kita tidak tahu seperti apa kota itu sampai selesai digali.

Intinya, lakukan penggalian cerita!

Kembangkan Tokoh Protagonis

Cerita adalah tentang si protagonis, dan jika tidak memiliki protagonis yang baik, kita tidak akan pernah memiliki kisah yang bagus. Unsur penting untuk setiap protagonis adalah mereka harus membuat keputusan. Seperti kata Victor Frankl, penulis buku Man’s Search for Meaning, “Manusia adalah makhluk yang memutuskan.” Tokoh protagonis dalam kisah kita harus membuat keputusan untuk memasukkan dirinya ke dalam kekacauan apa pun yang ia hadapi, dan juga, ia harus sampai pada titik krisis dan memutuskan untuk keluar dari kekacauan.

Untuk lebih mengembangkan tokoh protagonis, gunakan tipe karakter yang berlawanan, tokoh antagonis seperti penjahat, atau tokoh pendukung yang dapat mengungkap sisi lembut dari tokoh protagonis.

Ciptakan Ketegangan dan Drama

Untuk menciptakan ketegangan, siapkan pertanyaan dramatis, seperti: “Apakah dia akan berhasil?” Atau, “Apakah dia akan mendapatkan pria impiannya?” Dengan menempatkan nasib tokoh protagonis dalam keraguan, kita membuat pembaca bertanya, Apa yang terjadi selanjutnya?

Catatan: Agar berhasil pada bagian ini, kita perlu secara hati-hati membatasi arus informasi ke pembaca. Tidak ada yang lebih menghancurkan sebuah drama seperti terlalu banyak detail dan informasi.

Show, Don’t Tell

Jujur saja, kalimat “Show, Don’t Tell” itu berlebihan. Namun, ketika ditempatkan pada langkah di atas, itu menjadi sangat efektif.

Ketika sesuatu yang menarik terjadi dalam cerita kita, dan mengubah nasib tokohnya, jangan beri tahu pembaca mengenai hal itu. Tunjukkan adegannya! Pembaca memiliki hak untuk melihat bagian terbaik dari cerita yang disajikan pada mereka. Tunjukkan bagian-bagian yang menarik dari cerita tersebut, dan beri tahu yang lain.

Tulis Dialog yang Baik

Dialog yang baik berasal dari dua hal: pengetahuan yang mendalam tentang tokoh cerita, dan banyak penulisan ulang.

Setiap karakter harus memiliki suara yang unik, dan untuk memastikan karakter tersebut semua terdengar berbeda. Baca setiap dialog karakter dan tanyakan pada diri sendiri, “Apakah kalimat ini terdengar seperti cara bicara si tokoh?” Jika jawabannya tidak, maka kita harus menulis ulang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.