Selamat Hari Perempuan Sedunia!
Women’s International Day diperingati tanggal 8 Maret setiap tahun.
Banyak kisah dibalik Hari Perempuan Internasional ini. Ada yang menyebut bahwa Partai Sosialis Amerika Serikat adalah yang pertama kali menggagasnya pada tanggal 28 Februari 1909 di New York. Ada juga yang mengatakan bahwa demonstrasi buruh perempuan di Petrograd Rusia pada tanggal 8 Maret 1917 adalah pemicunya. Ada juga kisah bahwa Hari Perempuan Internasional merupakan bentuk peringatan terhadap kasus penindasan dan gaji buruh perempuan yang rendah yang terjadi pada tanggal 8 Maret 1857 di New York.
Temma Kaplan dalam jurnalnya “On the Socialist Origins of International Women’s Day” berpendapat bahwa banyak orang Eropa percaya bahwa tanggal 8 Maret 1907 merupakan awal dari terbentuknya Hari Perempuan Internasional. Apapun latar belakangnya, yang jelas, sejak tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Entah kenapa, topik soal perempuan dan edukasi perempuan selalu menarik minat saya. Mungkin kamu juga begitu. Baru-baru ini saya diminta mengisi kolom surat kabar Berita Indonesia Hong Kong. Ini adalah surat kabar berbahasa Indonesia yang didistribusi secara gratis dengan tujuan mengedukasi para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sana. Tujuan itulah yang membuat saya segera mengiyakan proposal mereka. Sudah lama saya concern dan ingin berbuat sesuatu bagi para pejuang devisa kita, dan mungkin inilah saatnya.
Anyway, saya suka baca buku-buku yang yang menggali kisah-kisah soal perempuan, baik itu buku fiksi maupun nonfiksi. Lewat bacaan-bacaan semacam itu, saya menjadi semakin mengenal diri dan mencintai kodrat saya sebagai perempuan.
Berikut tiga buku tentang perempuan yang menurut saya bagus untuk dibaca di Hari Perempuan Internasional ini. Dua yang pertama menjadi buku yang mampu mengubah pola pikir dan menumbuhkan keinginan saya untuk bisa membantu perempuan mencerdaskan dirinya.
Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer
“Orang rendahan ini boleh jatuh seribu kali, tapi dia selalu berdiri lagi. Dia ditakdirkan untuk sekian kali berdiri setiap hari.”
Penulis novel ini pernah menjadi kandidat pemenang nobel sastra. Novel roman Gadis Pantai pertama kali diterbitkan pada tahun 1962 dalam surat kabar Bintang Timur sebagai cerita bersambung. Fakta paling menarik yang saya temukan adalah bahwa novel ini adalah bagian pertama dari sebuah trilogi. Sayang dua buku berikutnya tidak pernah terbit sebab naskah aslinya telanjur “dienyahkan” oleh pemerintah orde baru.
Novel roman Gadis Pantai mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis kampung nelayan dari Rembang yang dipaksa nikah dengan seorang priyayi di usia empat belas tahun. Bagi orangtua dan penduduk kampung, pernikahan tersebut merupakan prestise, sebab derajat si gadis dan keluarganya naik tingkat. Dia pun kemudian dipanggil dengan nama Bendoro Putri.
Ada empat babak kehidupan Gadis Pantai dalam novel ini. Babak pertama, ketika dia diboyong ke kediaman sang priyayi. Babak kedua menceritakan bagaimana si gadis berusaha keras menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya, bagaimana dia melawan rasa rindu pada orangtuanya, mencoba memahami perilaku suami yang hanya sesekali mengunjunginya. Babak ketiga adalah ketika si gadis hamil dan melahirkan, dan babak keempat – yang paling menyedihkan – adalah ketika dia diusir dari kediaman priyayi setelah melahirkan seorang bayi perempuan.
Melahirkan bayi perempuan adalah kegagalan, itu alasan dia diusir. Sementara anaknya tetap tinggal di kediaman priyayi, si Gadis Pantai sebatang kara. Dia tidak tahu harus ke mana setelahnya, tidak mungkin juga kembali ke kampung. Di sini kisah berhenti, dan membuat saya jadi penasaran. Ah, seandainya sekuel dan trikuel-nya terbit.
Satu hal yang saya suka dari Gadis Pantai adalah sifatnya yang tidak mau menyerah. Dia tahu dia orang rendahan, tapi dia berjuang keras agar tidak dipandang demikian. Meskipun di akhir cerita dia kalah, tapi dia tidak kehilangan harga diri. Di era ketika perempuan sulit mendapatkan pengakuan, Gadis Pantai tidak cengeng dan menangisi keadaan.
Dari novel ini saya memahami, tidak hanya betapa sulitnya menjadi perempuan di masa itu, tapi juga bahwa edukasi adalah sesuatu yang mampu membuat derajat manusia (bukan hanya perempuan) menjadi lebih tinggi. Edukasi bukan hanya sesuatu yang bisa didapat dalam bentuk sekolah formal, tapi juga akses ke bacaan dan sumber-sumber ilmu pengetahuan lainnya. Di sini, saya semakin mantap untuk menjadi penulis, sebab dengan menulis, saya bisa memberi ilmu yang saya miliki buat orang lain.
The Alpha Girl’s Guide karya Henry Manampiring
“Seorang perempuan boleh saja untuk memilih tidak bekerja, tetapi minimal dengan bekal pendidikan akademis yang baik dia memiliki opsi untuk bekerja dan mandiri kalau situasi memerlukan.”
Saya follower setia Twitter-nya Henry Manampiring sejak entah kapan, meskipun dia tidak akan pernah tahu hal ini. Saya punya dua dari empat bukunya, dan The Alpha Girl’s Guide adalah salah satu buku yang menurut saya mengedukasi perempuan dengan cara yang asyik. Padahal penulisnya cowok, tapi di sinilah uniknya. Jika buku ini ditulis oleh perempuan, mungkin akan dilihat sebagai keberpihakan pada kaum feminis atau semacamnya.
Buku ini masuk ke dalam kategori nonfiksi, self-improvement, dan juga how-to. Henry menjelaskan bahwa Alpha Female adalah perempuan-perempuan yang berada di puncak karena prestasi dan attitude-nya. Jadi bukan karena tampilan fisik, kekayaan, atau hasil panjat sosial dan kehebohan bisik-bisik tetangga.
Alpha female adalah perempuan-perempuan yang dihormati dan disegani, baik oleh perempuan maupun pria. Mereka percaya diri dan mengoptimalkan potensinya. Siapapun bisa menjadi seorang Alpha Female, dan hal itu bisa dimulai sejak usia muda, asalkan memiliki kualitas-kualitasnya.
Contoh nyata Alpha Female itu misalnya Susi Pujiastuti, Najwa Shihab, dan Amal Clooney. Tentu ada banyak lainnya, tapi saya cuma teringat tiga perempuan itu setiap kali bicara tentanh Alpha Female.
Pembahasan dalam buku ini dibagi-bagi menjadi beberapa tahap. Mulai dari The Alpha Student yang mengedukasi pelajar perempuan untuk memperbaiki cara berpikir, cara bergaul di lingkungan sekolah dan kampus, higga cara-cara megatur waktu untuk mengembangkan bakat dan potensi diri. Ada juga bab tentang The Alpha Friend yang membahas mengenai pertemanan sehat dan positif.
Bagian lain, The Alpha Lover, memberikan pemahaman menarik tentang bagaimana seorang Alpha Girl seharusnya menangani patah hati, juga mengenai pendidikan versus pernikahan. Dilema yang umum ditemui para perempuan masa sekarang.
Ada banyak lagi pembahasan detail mengenai Alpha Girl. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca teman-teman perempuan, terutama remaja. The Alpha Girl’s Guide membuka pikiran kita lewat berbagai permasalahan sehari-hari yang kerap dialamu perempuan muda.
Buku ini inspiratif dan penuh motivasi agar kita menjadi perempuan yang tidak hanya pintar, tapi juga berperlaku dan berwawasan. Setiap perempuan itu lahir secara istimewa dan memiliki hak untuk meraih kesuksesan. Perempuan hanya butuh rasa percaya diri untuk menerima diri seutuhnya.
NKCTHI; Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini karya Marchella FP
“Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Besok Kita Buat Yang Lebih Baik Lagi “
Saya pinjam buku ini dari penerbit, sebab ini bukan jenis buku yang bikin saya tertarik membelinya. Awalnya, saya nggak paham kenapa buku ini bisa jadi mega best seller. Hanya saja, setelah membaca halaman demi halaman, saya mulai berubah pikiran.
Buku ini sepenuhnya tentang pemikiran perempuan. Melalui buku ini, dia mencoba menyampaikan pesan untuk diri sendiri di masa depan (juga untuk anak perempuannya ketika dewasa nanti) mengenai hidup, mengenai pilihan, mengenai keperempuanan. Tema yang mirip dengan yang ditulis Maudy Ayunda dalam bukunya Dear Tomorrow.
Kekuatan buku ini adalah pada permainan kata yang apik, penyampaian pesan yang dalam, dan juga ilustrasi-ilustrasi unik. Kalimat-kalimat dalam buku ini termasuk singkat, sederhana dan relatable dengan kehidupan sehari-hari, namun bisa juga multi-intepretasi.
Gambar dan tulisan singkat dalam NKCTHI barangkali mampu membuai perempuan, terutama remaja dan dewasa muda, untuk lebih memahami makna hidup. Bagi banyak intorvert, barangkali buku ini bisa dibilang “gue banget” sebab setiap kalimat mampu menggambarkan perasaan yang sedang dialami seseorang pada satu momen tertentu. Emosi pembaca dibuat naik turun dalam setiap halamannya, bahkan sukses membikin baper sebagian orang. Kisah singkat tentang kenangan, ketakutan, patah hati, roller coaster kehidupan, harapan, kdan lain sebagainya disampaikan dengan apik ilustrasi gambar dan tulisan-tulisan singkat.
Nah, itu tadi tiga buku tentang perempuan yang saya pilih untuk dibaca untuk memperingati Hari Perempuan Internasional tahun ini. Kamu ada rekomendasi buku lainnya?