Saya sudah dua kali nonton film “Le Divorce”, tapi saya masih gak mengerti inti cerita film yang dibintangi Kate Hudson itu. Teman saya bilang, saya harus belajar budaya Perancis dulu supaya bisa mengerti. Tapi, Perancis atau bukan, yang pasti saya lagi terkesan dengan budaya perceraian yang makin populer setelah makin banyak selebriti melakukannya. Mulai dari perceraian kilat ala Titi DJ, perceraian dengan masalah yang berlarut-larut ala Tamara Blezinski, perceraian heboh ala Hajjah Lutfiah Sungkar, dan perceraian-perceraian lainnya. Seorang teman pernah bilang, sekarang ini kalau mau ketemu selebriti gampang aja caranya. Tinggal datang ke Pengadilan Agama! 😀
Perceraian memang masalah pribadi, tapi saya senang bahwa para selebriti – khususnya yang perempuan – makin terang-terangan bahkan mengeksploitasi perceraiannya. Sebab ini bisa menginspirasi perempuan-perempuan lainnya. Sebelum ini, banyak istri teraniaya fisik dan batin yang tidak berani menggugat cerai suaminya. Bukan faktor ekonomi yang ditakutkan – tapi lebih ke faktor sosialnya.
Perempuan yang bercerai selalu punya cap negatif. Kalau dia masih muda dan cantik, label Janda Kembang yang terdengar begitu mesum akan melekat padanya. Kalau pun tidak muda dan cantik, dia akan tetap dijauhi oleh perempuan lainnya karena dianggap stigma – perempuan lain akan langsung ketakutan jika suaminya akan tergoda oleh sang janda. Bersopan santun dengan lelaki manapun akan mendatangkan gosip. Belum lagi tuduhan gak benar tentang ketidak becusan melayani suami yang menyebabkannya ditinggalkan.
Ini benar-benar berbeda dengan perlakuan masyarakat pada seorang lelaki yang bercerai. Belum pernah saya dengar label Duda Kembang. Seorang duda muda akan segera dicarikan jodoh oleh orang-orang sekitarnya dengan alasan kasihan tidak ada yang mengurus.
Menariknya, dalam bahasa Inggris, status widow/widower diberikan pada mereka yang ditinggal mati oleh pasangannya. Bagi mereka yang bercerai, ada status formal yaitu divorcee, tapi ini hanya dipakai kalau anda mengisi formulir atau membuat daftar riwayat hidup, sementara dalam masyarakat, status mereka adalah single. Terdengar lebih positif, bukan?
Saya berharap suatu hari status janda cerai juga bisa terdengar lebih positif. Saya juga berharap dengan banyaknya gugatan cerai dari selebriti – khususnya yang perempuan – banyak istri teraniaya yang menjadi terinspirasi untuk mengubah nasibnya sebab bercerai dari suami yang suka melecehkan sama sekali bukan aib.
Perceraian memang tidak disukai Tuhan, tapi juga tidak dilarang sebab Tuhan sangat mengasihi perempuan. Jadi, marilah bercerai!