Pernah enggak sih, kamu punya ide cerita yang keren banget sampai rasanya “sayang banget kalau cuma disimpan di kepala”? Nah, mungkin itu alarm dari semesta kalau waktunya kamu mulai menulis novel!
Sama seperti belajar naik sepeda, cara terbaik untuk belajar menulis novel adalah dengan menuliskannya. Menulis novel memang tidak dapat diselesaikan dalam satu hari. Belum lagi menulis novel itu butuh komitmen, disiplin, dan ketekunan.
Seperti yang dikatakan penulis novel Sci-Fi terkenal dari Amerika, Octavia Butler:
“You don’t start out writing good stuff. You start out writing ‘crap'”.
Kita nggak menulis kisah bagus dalam sekali duduk, sebaliknya kita memulai kisah dengan omong kosong di kepala. Omong kosong yang kita anggap sebuah kisah, dan kemudian benar-benar jadi sebuah kisah. Di konteks inilah, kegigihan dalam menulis menjadi sesuatu yang amat berharga.
Menulis novel itu seringnya dibayangkan sebagai proyek raksasa yang bikin overthinking. Padahal, kuncinya cuma satu: mulai!
Savannah Gilbo, seorang book coach yang jago banget, punya peta yang super jelas buat bantu kita, para penulis pemula, dari nol sampai punya draft pertama. Yuk, kita bedah 10 langkahnya dengan santai!
Persiapan Itu Penting (Tapi Jangan Kelamaan!)
Ini adalah fase “pondasi”. Kamu enggak perlu buru-buru nulis, tapi kamu perlu tahu apa yang mau kamu bangun.
Satu: Temukan “Alasan”-mu (Why)
Kenapa kamu mau nulis cerita ini?
- Apa kamu ingin menyampaikan pesan khusus?
- Ingin menyelami genre tertentu?
- Atau hanya ingin bersenang-senang dengan karakter yang kamu ciptakan?
Alasanmu ini bakal jadi bahan bakar sekaligus kompas saat kamu mulai capek atau bingung di tengah jalan. Tanpa alasan yang kuat, gampang banget lho kita nyerah!
Dua: Pilih Satu Ide “Novel-Worthy”
Pasti banyak ide yang berkeliaran. Sekarang, pilih yang paling kuat dan paling bikin kamu antusias! Ide yang “novel-worthy” ini biasanya punya potensi konflik, karakter yang menarik, dan bisa dikembangkan hingga ratusan halaman.
Tiga: Tentukan Genre Ceritamu
Ini penting banget! Genre (misalnya fantasy, romance, thriller) itu ibarat kontrakmu dengan pembaca. Setiap genre punya aturan main dan adegan wajib yang harus ada. Contohnya, genre romance itu wajib ada adegan pertemuan dan akhir yang membahagiakan buat tokoh-tokohnya, juga pembaca. Mengetahui genre dari novel yang akan kamu tulis amat membantu membuat cerita yang memuaskan pembaca.
Empat: Pilih Sudut Pandang (POV) & Waktu
Ini adalah keputusan teknis, tapi krusial:
Sudut Pandang (POV). Mau pakai “Aku” (orang pertama), “Dia” (orang ketiga terbatas), atau yang serba tahu (orang ketiga maha tahu)?
Waktu. Kapan ceritanya terjadi? masa kini, masa lalu atau masa depan?
Pilih yang paling nyaman dan paling pas buat ceritamu. Hanya saha, setelah dipilih, konsisten ya!
Baca Juga: Membongkar Rahasia 4 POV
Membangun Dunia dan Karakter
Novel yang keren butuh aktor dan panggung yang kuat, oleh karena itu:
Lima: Kembangkan Karakter Utama (Protagonis)
Pembaca jatuh cinta pada karakter, bukan cuma plot! Karakter utamamu butuh:
- Keinginan Eksternal. Apa yang dia inginkan secara fisik/di luar dirinya? Apa dia ingin memenangkan hati gebetannya, atau mewujudkan cita-citanya?
- Kebutuhan Internal. Apa yang dia butuhkan untuk tumbuh sebagai manusia? Apa dia harus belajar memercayai orang lain, atau mengatasi rasa takutnya?
Konflik lahir dari usaha karakter untuk mendapatkan keinginannya, sementara dia juga harus memenuhi kebutuhan internalnya.
Enam: Tentukan Setting Cerita
Setting (tempat dan waktu) bukan cuma latar belakang, tapi juga bisa jadi karakter. Setting yang unik dan detail bisa menambah kedalaman cerita. Tentukan bagaimana setting yang kamu pilih bisa memengaruhi karakter dan plot? Apakah suasananya mendukung konflik?
Merakit Plot dan Kebiasaan Menulis
Ini saatnya menyusun kerangka dan menyiapkan mental untuk proses menulis.
Tujuh: Gunakan Struktur Cerita untuk Plot
Semua cerita sukses punya struktur, dan struktur cerita yang paling umum digunakan adalah Three Act Structure atau Struktur Tiga Babak.
Babak 1 (Awal): Perkenalan, konflik dimulai.
Babak 2 (Tengah): Perjuangan, hambatan, ketegangan memuncak.
Babak 3 (Akhir): Puncak konflik (klimaks) dan penyelesaian (resolusi).
Struktur ini memastikan ceritamu punya alur yang jelas, dari awal sampai akhir.
Delapan: Buat Outline (Atau Enggak Usah Sama Sekali)
Ada dua kubu penulis di seluruh dunia:
- Plotter: Suka membuat outline (kerangka) cerita yang detail sebelum mulai menulis.
- Pantser: Lebih suka menulis “mengikuti suasana hati” alias mengalir begitu saja (discovery writing).
Tentukan kamu tipe yang mana! Kalau kamu Plotter, buatlah outline. Kalau Pantser, lewati saja! Yang penting, temukan cara yang membuatmu bisa maju.
Sembilan: Ciptakan Rutinitas Menulis
Jangan menunggu mood datang! Menulis itu perlu disiplin.
- Tentukan waktu dan tempat khusus untuk menulis.
- Tentukan berapa target kata per hari/minggu? (Contoh: 500 kata per hari).
Konsistensi mengalahkan intensitas. Lebih baik menulis sedikit tiap hari daripada maraton seminggu sekali.
Sepuluh: MULAI TULIS DRAF PERTAMA!
Ini dia puncaknya! Ingat, draf pertama tidak harus sempurna. Tujuan utamanya cuma satu, yakni selesai.
Anggap draf pertama sebagai adonan mentah. Kamu hanya perlu menuangkan semua ide dari kepala ke kertas. Jangan edit saat menulis! Fokuslah pada cerita, karakter, dan memastikan kamu mencapai akhir.
“Dunia butuh cerita yang hanya bisa kamu tulis, bukan novel teoretis sempurna yang hanya ada di imajinasimu.” — Savannah Gilbo
Jadi, tarik napas dalam-dalam, buka laptop atau buku catatanmu, dan mulai sekarang juga! Kamu pasti bisa! Semangat menulis!