Great minds discuss ideas. Average minds discuss events. Small minds discuss people.

~ Eleanor Roosevelt

 

Orang yang mikirnya hebat ngobrolnya soal ide atau gagasan, sementara yang mikirnya rata-rata senengnya ngobrolin sebuah peristiwa atau kejadian. Nah, orang yang mikirnya receh kalau ketemu pasti ngobrolin orang lain (biasanya yang negatif). Ini yang ngomong bukan saya lho, tapi Eleanor Roosevelt, istrinya presiden Amrik ke-32, Franklin D. Roosevelt.

Saya nggak tahu persis kapan si ibu negara bikin kutipan itu, tapi pasti udah lama lah ya, sebelum tahun 1962 (tahun meninggalnya beliau). Menarik buat saya sebab meski sudah selama itu, kutipannya tetap relevan, terutama beberapa tahun terakhir.

Memang apa sih makna kutipannya?

Yuk, kita awali  dengan mendefinisikan “ide,” “peristiwa,” dan “orang.” Mendiskusikan orang di sini berarti membicarakan seseorang, biasanya dengan cara negatif dan gosip. Membahas peristiwa berarti berbicara tentang hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Mendiskusikan gagasan berarti memahami pesan pada tingkat yang lebih tinggi di balik suatu peristiwa, memahami perilaku manusia, melihat melampaui apa yang diberikan, dan menemukan solusi untuk membantu dunia.

Small Minds Discuss People

gosip receh
Pikiran receh biasanya beredar melalui gosip berdasar asumsi pribadi

Bagian kutipan yang mengatakan “small minds discuss people” menunjukkan bahwa mereka yang suka ngomongin orang atau dirinya sendiri itu pikirannya dangkal. Sayangnya, media-media dalam kehidupan kita sekarang ini banyak mendedikasikan diri untuk mendiskusikan orang. Tengok saja acara TV, majalah, tabloid, situs gosip selebriti, dan mereka yang update banget akan gosip-gosip sejenis. Politik kantor pun demikian. Rekan-rekan kerja bisa jadi menusuk dari belakang dan saling mengkritik secara destruktif. Belum lagi para politisi yang terus-terus memberi contoh bagaimana cara melakukan serangan pribadi dan melakukan kampanye kotor. Secara online, kita kerap melihat orang-orang mempermalukan atau menyerang satu sama lain, atau lebih buruk lagi,  mendukung perilaku seperti itu dan bergabung dalam serangan tersebut.

 

Average Minds Discuss Events

Membahas sebuah peristiwa yang terjadi bukan berarti kita jadi lebih cerdas

Ketika beralih dari nggosipin orang ke mendiskusikan sebuah kejadian atau peristiwa, berarti kualitas pikiran kita meningkat. Kita mulai melihat sesuatu secara lebih luas. Ada unsur objektivitas saat kita melihat fakta, angka, dan kejadian. Namun, nggak berarti mendiskusikan peristiwa membuat kita menjadi lebih pintar. Kok bisa?

Pertama, banyak berita (tergantung tempat kita tinggal) disensor ketat menurut ideologi dan aliansi publikasi. Di beberapa negara, pemerintah bahkan mengontrol media. Jadi ketika membaca “sebuah berita,” kita mungkin saja membaca sesuatu yang dibuat/dipilih untuk menyesuaikan dengan apa yang boleh diketahui publik. Belum lagi komentar yang telah difilter dan statistik yang dikendalikan. Jadi ketika mengira bahwa kita sedang “mempelajari sesuatu” dari koran, tv atau media lain, kemungkinan besar kita sedang dikondisikan.

Kedua, media berita cenderung membuat sensasi dan melaporkan hal-hal yang mengejutkan. Dalam istilah internet, “clickbait.” Pengandaiannya begini; Ketika seekor anjing menggigit orang, itu bukan berita, sebab sering terjadi. Namun, jika ada orang menggigit seekor anjing, nah, itu baru berita. Oleh karena itu, meskipun ada satu miliar peristiwa menarik yang bisa diberitakan setiap hari (termasuk berita-berita positif dan peristiwa yang bisa meningkatan kesadaran masyarakat) kejadian-kejadian negatif yang memicu rasa takut dan khawatir lebih sering dipilih untuk diberitakan.

Ketiga, kita pasti shock saat membaca sebuah kejadian pembunuhan mengerikan yang baru-baru ini terjadi. Kita sih sebenarnya tahu bahwa pembunuhan, bunuh diri, kejahatan, dan bahkan perang terjadi setiap hari. Hanya saja, ketika membaca berita, perhatian kita diarahkan pada satu kejahatan atau satu pembunuhan tertentu. Atau ketika saluran berita berulang kali menyoroti peristiwa pemboman atau terorisme yang terjadi di suatu negara, diciptakan anggapan bahwa seluruh tempat di negara itu sangat tidak aman, padahal ada 99,999% penduduk yang beraktifitas seperti biasa setiap hari.

Intinya, ketika terperangkap dalam proses ketakutan/kemarahan/keterkejutan, kita kehilangan gambaran yang lebih besar. Ironisnya adalah bahwa dengan berpikir bahwa kita menjadi lebih cerdas lewat membaca berita, kita sebetulnya justru mengisolasi pikiran dan menciptakan citra dunia yang sangat negatif serta  mengasosiasikannya dengan ketakutan dan teror.

 

Great Minds Discuss Ideas

Mendiskusikan gagasan merupakan ciri orang hebat

Ketika kita menjadi lebih ingin tahu tentang dunia dan melihat melampaui apa yang kasatmata, kita mulai membicarakan – bukan hanya tentang orang atau peristiwa, tetapi juga ide atau gagasan, seperti:

  • Mengapa seseorang melakukan suatu tindakan? Apa yang mendorong mereka?;
  • Mengapa masalah seperti pembunuhan, penembakan massal, perang, dan kejahatan terjadi? Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kekerasan semacam itu?
  • Bagaimana kita bisa memperbaiki kehidupan? Bagaimana cara kita mengkembangkan diri sebagai manusia?
  • Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah-masalah dunia, karena kita bukan hanya warga suatu negara tetapi warga dunia;
  • dan lain sebagainya

Mendiskusikan gagasan berarti tidak hanya menerima hal-hal yang terjadi dalam hidup, tapi kemudian juga menggali lebih dalam. Memahami akar penyebab, memahami bagaimana sesuatu terjadi. mempertanyakan realitas, dan mengidentifikasi solusi.

 

A healthy mind does not speak ill of others.

 

Kutipan Eleanor Roosevelt tentu saja dimaksudkan sebagai generalisasi. Membosankan juga kalau kita terus-terus bicara tentang gagasan, sesekali boleh lah membicarakan peristiwa atau orang lain. Lagipula ada orang-orang dan peristiwa yang bisa merepresentasikan sebuah gagasan. Kita memandang orang-orang seperti Elon Musk, Nelson Mandela, Oprah Winfrey, Martin Luther King Jr., Buddha, Bill Gates, dll. sebagai tokoh inspirasional pembawa perubahan. Kita juga mendiskusikan orang lain sebagai cara untuk saling memahami, mendiskusikan berbagai peristiwa yang membantu kita tumbuh lebih baik. Ini adalah bagian dari komunikasi.

Masalahnya baru muncul ketika kita berbicara tentang orang atau peristiwa dengan menjelek-jelekkan, bergosip, atau mengikuti pemberitaan secara reaktif. Hal ini nggak akan membawa kita ke mana-mana. Mengeluh atau mengoceh tentang orang/kejadian tanpa henti tidak akan mengubah hidup kita atau membuat kita lebih pintar.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.