Sebelum mulai mengetik satu kata pun untuk ‘mahakarya’ kamu, ada satu keputusan besar yang wajib diambil seorang penulis, yaitu “Siapa yang akan bercerita?”

Keputusan ini bukan iseng-iseng berhadiah, lho. Inilah yang kita sebut Sudut Pandang  atau Point of View/POV.

POV menentukan dari kacamata siapa cerita akan disajikan, dan bagaimana informasi (atau rahasia) akan dibagikan ke pembaca.

Kabar baiknya, penulis selalu punya empat pilihan POV, yaitu:

  1. Sudut Pandang Orang Pertama
  2. Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas
  3. Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu (Omniscient)
  4. Sudut Pandang Orang Kedua**

Nah, tantangannya adalah penulis harus memilih satu yang paling pas dan bisa membuat ceritanyabersinar!

Yuk, kita bedah satu per satu.

 

Apa Pentingnya Memilih POV?

POV adalah perspektif narasi. Ia menunjukkan siapa yang menjadi juru bicara cerita.

Bayangin kamu membaca sebuah novel. Kalau novel detektif modern, jarang sekali naratornya tahu segalanya (mahatahu), karena asyiknya adalah mengikuti tokoh utama yang sama-sama meraba-raba memecahkan misteri.

Sebaliknya, novel remaja (young adult) sering pakai POV orang pertama. Tujuannya? Agar suara dan gaya curhat sang tokoh utama keluar sepenuhnya. Ya, 11-12 lah sama catatan harian pribadi.

Bahkan, ada tren di setiap genre, lho:

  • Remaja/Dewasa Muda mayoritas pakai Orang Pertama atau Orang Ketiga Terbatas.
  • Fantasi Epik sering pakai Orang Ketiga Mahatahu dan Terbatas.
  • Misteri & Thriller, mayoritas pakai Orang Ketiga Terbatas.
  • Romantis, biasanya Orang Pertama dan Orang Ketiga Terbatas.

Setelah tahu tren ini, tanyakan pada diri sendiri, kamu mau ikut arus, atau bikin tren baru?. Boleh pilih mana saja, tapi perlu diingat, bikin tren baru butuh usaha ekstra keras!

 

Bedah 4 Sudut Pandang Utama

POV Orang Pertama: Si Paling Intim

POV ini adalah cara paling natural kita bercerita. Kata gantinya adalah saya/aku.

“Bawa tahanan itu ke sini,” kataku pada kepala polisi.

 

Keunggulan POV Orang Pertama:

  • Sangat Intim dan Mendalam. Pembaca diajak menyelam langsung ke dalam isi kepala, emosi, dan motivasi si tokoh. Rasanya seperti dibisiki langsung!
  • Bikin Narator Tak Bisa Diandalkan. Tokoh orang pertama selalu subjektif dan bias. Dia hanya akan menceritakan apa yang dia mau kita tahu. Ini keren banget buat menciptakan narator yang tidak jujur (unreliable narrator)—entah karena pelupa, licik, atau memang punya agendanya sendiri.
  • Gaya Bicara Unik. Kita bisa tahu persis bagaimana si tokoh berpikir, cara dia memilih kata (kosakata), dan nada bicaranya. Keunikan karakter keluar maksimal di sini.
  • Menyorot Karakter Lain (Tokoh Sekunder). Kadang, narator orang pertama justru bukan tokoh utama! Dia hanya menjadi cermin pembaca untuk mengagumi atau mengamati tokoh utama.

 

POV Orang Ketiga: Sang Pengamat

Secara umum, POV ini menggunakan kata ganti dia/ia/nya.

“Bawa tahanan itu ke sini,” katanya kepada kepala polisi.

 

POV Orang Ketiga dibagi dua kategori, yang sangat berbeda:

A. Orang Ketiga Terbatas (Limited)

Narator terikat pada satu karakter saja. Kita hanya tahu apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilihat oleh satu tokoh itu.

Keunggulan Orang Ketiga Terbatas:

  • Membangun Kepercayaan. Mirip Orang Pertama, pembaca merasa dekat dengan tokoh, tapi naratornya lebih bisa diandalkan karena tidak 100% beraada di dalam kepala tokoh.
  • Kontrol “Sudut Kamera”. Penulis bisa memilih kapan mau fokus di dalam kepala tokoh, atau mundur sebentar untuk menunjukkan pandangan yang lebih luas, tanpa terikat harus di kepala tokoh terus.
  • Bisa Pindah-Pindah. Jika tidak nyaman hanya dengan satu tokoh, kamu bisa kok mengganti POV ini di setiap babnya. Contohnya di novel-novel fantasi tebal seperti Game of Thrones, ketika setiap bab fokus pada perspektif satu tokoh.

B. Orang Ketiga Mahatahu (Omniscient)

Narator mahatahu ini tahu segalanya, tentu saja. Ia tahu apa yang terjadi di masa lalu, masa kini, dan masa depan cerita. Ia bisa masuk ke pikiran siapa pun, kapan pun!

Dia menganggap bahwa Raisa adalah gadis yang luar biasa, sayangnya Raisa tidak pernah beranggapan sama tentangnya.

 

Keunggulan Orang Ketiga Mahatahu:

  • Bisa Membandingkan Tokoh. Narator bisa melompat dari pikiran satu tokoh ke tokoh lain, memberikan gambaran psikologi berbagai karakter secara bersamaan.
  • Memperdalam ‘Dunia’. Karena narator bisa tahu segalanya, dia lebih mudah menjelaskan latar belakang dan sejarah panjang ‘dunia’ yang kamu ciptakan. Ini penting, khususnya untuk genre Fantasi.
  • Nada Bicara Khas. Narator mahatahu ini bisa punya kepribadian sendiri yang berbeda dari para tokoh. Dia bisa mengamati, sinis, atau bahkan menggurui.

 

POV Orang Kedua: Si Paling Jarang, Si Paling Menantang

POV ini menggunakan kata ganti Anda/Kamu. Narator meminta pembaca menempatkan diri langsung sebagai karakter utama.

Anda menginstruksikan kepala polisi untuk membawa tahanan ke kantor Anda.

 

Keunggulan POV Orang Kedua:

Koneksi Maksimal. Pembaca didorong untuk berperan aktif. Mereka diberitahu apa yang seharusnya mereka rasakan, pikirkan, dan lakukan. Rasanya seperti langsung mengalaminya, bukan diceritain.

Sangat Kuat untuk Narasi Tertentu. Walaupun paling jarang dipakai di novel, POV ini efektif untuk buku-buku self-help atau instruksi. Misalnya buku tentang Seni Beres-Beres, kita bisa menemukan kalimat semacam, “Anda harus membersihkan laci-laci setiap bulan.”

Catatan Penting: POV orang kedua ini rawan membingungkan pembaca jika penulisnya kurang hati-hati. Saya sendiri tidak pernah menggunakannya karena memang tidak berani. Kalau kamu mau coba, gunakan POV orang kedua ini dengan sangat bijaksana, ya!

 

Jadi, Pilih yang Mana?

Keputusan POV mana yang digunakan akan menjadi fondasi ceritamu. Apa kamu ingin pembaca merasakan emosi mendalam seorang diri (Orang Pertama)? Apa kamu lebih suka memecah fokus di antara beberapa karakter yang setara (Orang Ketiga Terbatas, banyak POV)? Atau, kamu perlu kekuatan untuk menjelaskan dunia yang kompleks dan mengawasi setiap tokoh (Orang Ketiga Mahatahu)?

Pilih yang paling sesuai dengan tujuan ceritamu, ya! Selamat menulis, dan jangan takut mencoba!

 

 

One Reply to “Siapa yang Boleh Berbisik di Telinga Pembaca? Membongkar Rahasia PoV”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.