Resolusi tahun baru?

Tujuhtahun terakhir saya nggak pernah lagi membuat resolusi, sebab nggak berguna. Empat dari lima resolusi yang saya tulis nggak pernah saya lakukan, sedangkan satu sisanya mungkin hanya jalan setengah. Apa itu berarti resolusi tahun baru merupakan hal yang sia-sia? Pastinya enggak. Saya yakin, resolusi tahun baru bagus buat orang lain.

Sebagai gantinya, saya lebih suka menulis daftar anugerah yang saya dapatkan dalam tahun terakhir. Bukan, saya enggak bicara tentan anugerah penghargaan festival apapun. Lagipula mana pernah saya mendapatkannya?

Saya menyebutnya Sono Grata. Kata bahasa Italia ini artinya I’m grateful. Saya bersyukur.

Jadi, inilah daftar hal-hal yang saya syukuri tahun 2016 ini

Saya bersyukur diberi hak istimewa untuk menua. Tak banyak orang yang seberuntung saya.

Saya bersyukur karena memiliki keluarga, both my family of origin, and my family of choice. Simbok dan kedua mertua selalu sehat. Adik perempuan mendapat peluang impiannya, sementara adik laki-laki menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Suami mendapat kepercayaan lebih tinggi dalam pekerjaannya, dan anak-anak terus bersikap baik dan menunjukkan empati. Beberapa sahabat mendapatkan keinginan-keinginan mereka. Semua orang dalam lingkaran hidup saya dipenuhi dengan kepribadian kuat, bakat luar baisa, kebiasaan-kebiasaan “gila” dan pastinya penuh dengan cinta.

Saya bersyukur kami semua masih di sini.

Saya bersyukur bahwa – meskipun ini tahun yang berat bagi saya secara pribadi, saya sudah lama paham bahwa justru hanya tahun-tahun tersulit lah yang bisa membentuk pribadi seseorang. Jadi ini hal bagus. Saya belum pernah dengar ada yang mengatakan “Ah, tahun ini segalanya gampang dan lancar banget buat gue, makanya gue bisa lebih dewasa dan kuat menghadapi hidup

Saya bersyukur bahwa sekarang saya mulai memiliki pemahaman lebih baik mengenai hal-hal yang BISA dan TIDAK BISA saya kendalikan. Beberapa kejadian di awal hingga pertengahan tahun membuat saya frustasi sebab tak mampu mengendalikan keadaan. Dan bulan-bulan selanjutnya saya belajar bagaimana seharusnya berekasi terhadap semua itu. Keadaan yang tak bisa saya kendalikan memang sangat tak menyenangkan. Untungnya keadaan yang bisa saya kendalikan, meski tak besar, namun membawa perubahan bagi saya.

Saya bersyukur diberi beberapa kegagalan kecil di awal tahun. Dengan begitu saya siap ketika harus mengalami kegagalan besar di masa mendatang. Kegagalan tersebut berawal ketika saya mengambil keputusan berdasarkan hasrat, dan ternyata keputusan itu salah. Lesson learned; saya harus lebih mendengarkan intuisi, sebab ia lebih sering benar.

Satu hal yang membuat saya senang merasakan kegagalan tersebut adalah bahwa saya tak perlu menjalankan impian orang lain, walau terlihat begitu indah. Tuhan mencegah saya mengambil jalan mudah, sebab saya sedang disipakan untuk rencanaNya yang jauh lebih hebat dan keren.

Di atas semuanya, saya bersykur bahwa kelihatannya saya sudah kehilangan energi untuk membenci diri sendiri. Saya tak mampu lagi berkomitmen terhadap hal-hal yang menghancurkan kepercayaan diri seperti sebelumnya. Benar bahwa ketika saya gagal atau tak mendapatkan keinginan, saya merasa sedih dan sakit, namun saya malas meratap lagi.

Tentu. Tentu saja kadang saya masih menangis, marah dan kesal. Hanya saja tak tahan berlama-lama di sana seperti tahun-tahun sebelumnya. Sulit banget buat saya membenci dan menyalahkan diri seperti ketika usia saya masih lebih muda. Sebab, saya melihat banyak sekali kesulitan hidup orang lain, dan sadar bahwa kesulitan saya bukan apa-apa.

Kalau saya nggak bisa memaafkan diri atas kesalahan, rasa sakit, kemarahan, kebingungan dan kegagalan saya, sudah pasti saya nggak bisa memaafkan orang lain.

Saya senang ketika hidup memberi saya kejutan. Saya senang ketika hidup menantang saya agar lebih kreatif dan mampu berdamai dengan semua situasi buruk yang muncul. Saya senang ketika bisa memahami mengapa ada beberapa orang yang berbuat tak adil pada saya. Dan saya senang memikirkan bahwa hal-hal yang saya khawatirkan tidak terjadi.

Jika pun harus membuat resolusi tahun baru, saya ingin membentuk ulang diri dalam realitas. Saya ingin menjadi lebih rendah hati, dan lebih cerdas secara emosional. Itu saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.