Banyak motivator atau tulisan motivasi menegaskan pentingnya menetapkan tujuan. Entah itu dalam menulis buku, menurunkan berat badan, atau memulai bisnis. Kita semua juga paham apa artinya memiliki impian akan kehidupan yang lebih baik. Sayangnya, tindak lanjut dari impian dan tujuan itu sering kali merupakan bagian tersulit.
Lantas, bagaimana caranya kita bisa tetap terinspirasi ketika keadaan sedang sulit?
Ini adalah pertanyaan sulit dijawab, tetapi cara kita menjawabnya akan menentukan kesuksesan kita dalam banyak aspek kehidupan. Mulai dari karya yang kita ciptakan, cara kita menjaga hubungan atau cara kita menjaga kesehatan tubuh.
Secara khusus, pertanyaan terkait yang sering ditanyakan oleh penulis adalah bagaimana caranya kita bisa tetap termotivasi ketika keadaan sedang malas-malasnya menulis?
Berikut adalah empat tips agar tetap termotivasi ketika sulit untuk menjaga semangat menulis.
Salin Kebiasaan Penulis Lain
Agar mampu menulis dengan lebih baik, kelilingi diri dengan penulis-penulis yang baik. ~ Jeff Goins
Ada kalanya kita harus melihat bagaimana orang lain menyukai sesuatu sebelum kita sendiri bisa menyukainya. Kelilingi diri dengan penulis yang baik. Perhatikan apa yang mereka baca, bagaimana mereka mendapatkan gagasan dan menuangkannya dalam tulisan, dan juga saran dan masukkan dari mereka.
Apakah itu berarti kamu kenal dengan banyak penulis hebat? Tentu tidak. Follow saja akun-akun media sosial mereka (biasanya mereka punya Twitter dan Instagram), juga subscribe ke blog atau channel YouTube mereka. Jika perlu, beranikan dulu mengirim DM atau email. Meski tidak perlu punya ekspektasi dibalas, seringnya kamu akan terkejut sendiri mengetahui tidak sedikit penulis hebat yang bersedia merespons.
Tetapkan Target Minimal
Kita semua bakal termotivasi untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi setelah kita memenuhi tujuan minimal tertentu. Misalnya, kalau ingin menurunkan berat badan, jangan langsung menetapkan harus turun 10 kilogram dalam sebulan. Ini nggak realistis, jadi cenderung membuat kita semakin jauh dari tujuan. Ini juga berlaku dalam menulis.
Tidak perlu mulai tujuan dengan, “Saya harus menulis novel tahun ini.” Ini berat, biar Dilan saja yang menanggungnya dan membuat kita (penulis pemula) tidak akan pernah melakukannya. Sebaliknya, kita bisa mulai dengan tujuan kecil dan lebih mudah capai. Misalnya, menulis artikel 500 kata di blog sendiri, menulis cerpen 1500 kata di platform gratisan, atau menulis pentigraf menarik sebagai caption Instagram.
Penelitian menunjukkan bahwa manusia butuh rata-rata 66 hari (bukan 21 hari) untuk membentuk sebuah kebiasaan. Jadi, mulailah hal-hal di atas dan lakukan selama dua bulan secara rutin. Dengan begitu kamu tidak akan merasa terpaksa lagi melakukannya.
Menetapkan target kecil dan kemudian berhasil mencapainya adalah salah satu cara menciptakan rutinitas yang konsisten. Hal inilah yang bisa membantu kita mencapai tujuan besar.
Hadiah Buat Diri Sendiri
Beberapa kali terjadi. Ketika menulis buku terbaru, begitu selesai mengerjakan dua pertiga naskah, saya mulai kehilangan motivasi untuk menyelesaikan. Buat mengatasinya, saya akan memblok satu atau dua jam hanya untuk menulis. Namun, lama-lama saya bosan sendiri karena merasa buang-buang waktu.
Sebuah buku “The Now Habit” karya Neil Fiore menganjurkan kita memberi diri sendiri hadiah kecil setiap kali menyelesaikan target. Di saya, setiap kali berhasil fokus menulis selama satu jam, saya belikan diri sendiri secangkir caffe latte, double cheese burger plus kentang goreng (nggak sehat memang, tapi enak) atau lainnya.
Nah, coba deh kamu mulai menetapkan tujuan kecil, misalnya menulis 10 menit sehari, dan rayakan setiap kali berhasil. Setelah satu minggu konsisten, tingkatkan menjadi 15 menit, dan seterusnya. Jangan lupa untuk memberi hadiah bagi diri sendiri.
Minta Bantuan
Jika ingin mencapai kesuksesan, kelilingi diri dengan orang-orang hebat. ~ Jack Ma
Pernah baca tentang Jack Ma? Sebagai pemilik bisnis raksasa digital di Cina, Jack Ma tidak punya gelar sarjana tinggi. Cerdasnya, dia mempekerjakan orang-orang pandai dan ahli di bidangnya. Dia mengelilingi dirinya dengan orang-orang hebat, dan belajar banyak dari mereka.
Jadi, ketika ragu-ragu, tanyakan kepada seseorang yang sudah melakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kamu bisa tanya teman-teman yang pernah menulis atau mengirim karya ke penerbit. Kamu juga bisa baca blog, mendengarkan podcast, atau belajar langsung pada mentor menulis. Kirim DM atau email, jika mungkin ajak mereka ngopi, lantas tanyakan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang tidak bisa kamu temukan jawabannya di blog atau di buku mereka.
Saya melakukan ini sejak awal jadi penulis. Kalau sedang ada budget, saya membayar untuk belajar dengan para mentor menulis dan bisnis penulisan. Kalau sedang beruntung, saya ajak dia barter ilmu, misalnya dia mengajari saya menulis novel, dan saya mengajari dia non fiksi.
Intinya jika ingin terus termotivasi menulis, kamu harus mengelilingi diri dengan orang-orang hebat. Jika tidak dapat bertemu secara pribadi, jadilah murid dari jauh. Salin apa yang mereka lakukan dan menjadi studi kasus mereka, lantas beri mereka semua pujian untuk kesuksesanmu.
Coba lakukan saran dari seorang penulis, entah lewat bukunya, postingan blog, atau podcast-nya. Jika berhasil, kirimi mereka email untuk memberi tahu bahwa sarannya sudah membantumu.
Ingat Alasanmu
Dulu saya kira penulis itu tinggal memejamkan mata, membayangkan sebuah kisah, lantas naskahnya jadi dan terbit. Ternyata, hingga era Revolusi Industri 4.0 saat ini, belum ada satupun teknologi atau kecerdasan buatan yang mampu membuat naskah jadi hanya dengan duduk ongkang-ongkang dan berkhayal.
Tidak ada jalan pintas untuk menjadi penulis produktif. Kamu hanya harus banyak berlatih. Jika pun ada jalan pintas biasanya tidak bertahan lama. Kamu harus merangkul proses, dan untuk melakukannya, kamu harus terhubung dengan alasanmu utamamu ingin menjadi penulis.
Pikirkan apa alasamu ingin menjadi penulis? Supaya terkenal? Supaya bisa menerbitkan setidaknya satu buku best seller sebelum mati? Supaya dapat penghasilan? Supaya lebih percaya diri, tidak menyia-nyiakan bakat, atau ingin balas dendam sama gebetan yang pernah mencampakkanmu? Atau kamu ingin menjadi penulis karena menulis membuatmu tenang, supaya bisa menggerakkan jiwa-jiwa lain, atau bisa mengubah sebuah budaya. Apapaun alasannya, tidak pernah ada yang salah. Sebuah alasan hanya harus sangat kuat hingga bisa menggerakkamu menulis karya.
Situasi tidak akan pernah berubah sampai kamu memahami alasan yang mengantarmu ke tujuan dan jujur mengenai proses yang diperlukan agar sampai ke sana. ~ Jeff Goins
Jadi, jangan menunggu untuk termotivasi. Keinginanmu tidak akan pernah kesampaian sampai kamu benar-benar menulis. Begitu kamu mulai menulis, dan terus berlatih, hampir semuanya jadi mungkin.