Menulis itu mudah. Yang harus kamu lakukan adalah mencoret kata-kata yang salah –Mark Twain
Pertanyaan itu hampir selalu ditanyakan ke saya oleh mereka yang tahu saya penulis, atau ingin bisa menulis (seperti saya, haha…). Barangkali, seperti beberapa teman penulis, saya akan menjawab malas dengan “Menulis itu mudah kok!” dan jawaban ini mirip template default sebab kenyataannya menulis itu tidak mudah.
Bagian tersulit bagi kebanyakan penulis bukanlah menerbitkan bukunya, apalagi sekarang ini ada lebih banyak peluang untuk menjadi penulis daripada sebelumnya. Saya bisa bilang, menerbitkan buku bukan bagian yang harus saya lakukan dengan kerja keras, melainkan penulisan itu sendiri.
Sewaktu saya selesai menulis buku pertama saya, bagian terberat adalah proses penulisannya. Saat melihat kembali bagaimana saya berjuang menyelesaikan buku itu, saya belajar beberapa hal yang layak dibagikan di sini. Supaya mudah, saya buat dalam versi tips menulis saja ya. Yuk, mulai! 🙂
- Mulai sedikit. Bisa menulis 300 kata setiap hari sudah banyak lho! Tahu nggak waktu John Grisham masih kerja sebagai pengacara, di awal karier kepenulisannya, penulis fiksi hebat ini setiap hari membiasakan diri bangun lebih pagi untuk menulis satu halaman. Saya mencoba apa yang dia lakukan. Bangun pagi setengah jam lebih awal, menulis apa saja yang ingin saya tulis (kadang di buku tulis, di ponsel atau di blog pribadi). Lama-lama, lumayan juga hasilnya. Tulisan saya semakin banyak, semakin panjang dan semakin baik. Nah, kamu juga pasti bisa meniru cara John Grisham ini.
- Buat Outline. Rancang daftar isi bukumu, dan gunakan untuk memandu penulisan. Setelah daftar isinya jadi, bagi setiap bab menjadi beberapa sub bab. Bayangkan bukumu memiliki bagian awal, bagian tengah dan ending. Nggak usah buat yang terlalu rumit, nanti kamu jadi malas memulai. Kalau perlu bantuan, bisa belajar bareng saya secara online kok. Kontak aja melalui email 🙂
- Sediakan waktu untuk menulis bukumu setiap hari. Jika ingin ambil waktu satu atau dua hari setiap minggu, tetapkan jadwalnya. Usahakan mematuhi jadwalmu sendiri, dan jangan mudah tergoda hal-hal lain (yang pasti terlihat lebih menyenangkan)
- Pilih tempat unik buat menulis. Sebaiknya sih, bukan di tempat yang biasanya kamu gunakan untuk melakukan aktivitas lain. Ciptakan tempat khusus, jadi ketika kamu masuk ke sana, semua perlengkapan tersedia dan kamu siap menulis.
- Main Hitung-hitungan. Buat rencana untuk menulis berapa halaman (atau berapa kata) setiap hari. Kalau saya sih, suka angka 5, jadi setiap hari saya menarget diri untuk menulis lima halaman. Dengan begitu, kalau saya ingin menulis – katakanlah buku non fiksi setebal 100 halaman, saya bisa menyelesaikannya dalam 20 hari.
- Dapatkan Masukan. Enggak ada yang lebih menyebalkan daripada merevisi ulang tulisan karena kita tidak membiarkan seorang pun memberi masukan. Minta orang yang kamu percayai untuk membantumu membedakan hal-hal mana yang layak ditulis dan mana yang sebaiknya dibuang.
- Apapun yang terjadi, selesaikan bukumu. Kirim ke penerbit, buat sebagai eBook, jual di situs ternama (Tokopedia, misalnya), atau apapun yang ingin kamu lakukan agar hasil tulisanmu bisa dibaca banyak orang. Pokoknya jangan biarkan tinggal sebagai file di komputer atau hasil print-nya cuma disimpan di laci selama berbulan-bulan.
- Terima Kegagalan. Kalau naskahmu ditolak penerbit, terima saja. Boleh sedih sebentar, lalu kembali semangat. Penolakan dari penerbit harusnya jadi anugerah karena sekarang kamu paham standar orang lain yang membaca naskahmu, bukan standarmu sendiri.
- Tulis Lagi. Kebanyakan penulis malu dengan buku pertamanaya (saya juga, sih). Tapi tanpa yang pertama, kita enggak pernah dapat pelajaran apapun. Jadi, kirim naskahmu, gagal lebih awal, dan coba lagi. Ini satu-satunya cara memaksamu berlatih agar tulisanmu menjadi lebih baik.
Setiap penulis memulai karyanya dari satu hal, dan kebanyakan dari mereka mulai dengan mempersempit tema penulis pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya setiap hari. Kalau kamu ingin mulai menulis, tulis saja apa yang kamu lihat dan rasakan, enggak usah mulai dengan dengan tema tulisan yang complicated.
Jadi, berhenti tanya gimana caranya menulis buku deh. Langsung mulai menulis aja… 🙂
Hallo mbak Astrid…ketemu disini. Iseng bw. Saya koq malah setres ya kalo “main hitung2an”…hehe. Apalagi kalo halaman ga nambah2. Masih hrs belajar menulis cepat nih saya. Trims ya sharingnya.
Halo, bu Hani. Terima kasih sudah main ke sini dan beri komentar. Haha, target hitunga-hitungan sebagai motivasi pribadi saja, sebab saya pemalas, kalau tidak ditarget begitu, naskah bukunya enggak selesai-selesai… 🙂
Tipsnya ok,mbokjeng.Sering-sering yaaa…Cieee yang ngeblog lagi ????
Wah, baru mulai ngeblog lagi aja udah dikunjungi novelis kreatif favoritku… huhuhu, bangga banget!! Kapan novel berikutnya lagi, Ivana? 🙂
halo bu astrid… menarik sekali tantangannya 🙂
Wah, makasih banget udah mampir dan merasa tertantang 🙂
Love you sis :*
??
Saya kalo nulis kenapa malas ya, padahal sudh kucoba
Coba direkam dulu ide-idenya lewat ponsel. Nanti kalau sedang mood, bisa ditulis. Atau bisa juga minta orang lain tuliskan hasil rekaman ide-idenya 🙂