Kawan,
Pernahkah kamu tiba-tiba bermimpi tentang seorang dari masa lalu, yang terlalu lama enggak pernah kamu jumpai, lalu bangun dan bertanya-tanya mengapa kamu bermimpi tentangnya? Lantas kamu mulai memikirkannya. Dan tak lama setelahnya, dengan tiba-tiba juga, orang itu menyapamu akrab di whatsapp dan kemudian berlanjut di fesbuk – sesuatu yg belum pernah terjadi sebelumnya, meski kamu memiliki kontaknya.
Itu terjadi pada saya, dan membuat saya penasaran. Sebab selama ini saya percaya mimpi adalah hasil dari tabrakan memori-memori yang bersliweran di otak kita. Kadang ia dianggap represi bawah sadar. Persoalannya, apakah memang ada mimpi yang menggerakan seseorang buat menyapa kita? Saya kok skeptis.
Penasaran yang nggak mau berhenti itu membuat saya berniat baca ulang buku The Secret of Shambala atau The Field. Doktrin spiritualismenya kadang bisa menggelikan, tapi saya suka ide tentang dunia yang berjalan dengan sinkron. Cuma, begitu lihat rak buku yang berantakan, niat mencari buku tersebut saya lupakan. Terlalu malas 😀
Dan karena sedang malas, saya pilih cara termudah, yakni googling artikel-artikel mengenai mimpi yang pernah ditulis oleh Sigmund Freud. Dalam salah satu artikel, dijelaskan bahwa mimpi semacam itu artinya saya diam-diam dan tanpa sadar punya ketertarikan seksual pada orang yang saya mimpikan itu. Ada kemungkinan pada saat saya memimpikannya (karena hasrat seksual itu, haha), dia pun memimpikan saya.
Kacau kan? Kebetulan yang saya mimpikan itu memang cowok. Lah, bagaimana kalau dia cewek? Apa itu artinya alam sadar saya memang menekan hasrat tersebut sebagai upaya kompromi sosial
Saya ceritakan hal ini pada sahabat saya. Ia malah bercerita bahwa ia suatu kali bermimpi tentang seseorang. Lalu ketika ia menelpon orang itu untuk menanyakan kabar, beberapa jam kemudian orang yang ditelponnya meninggal dunia.
Hiks, semoga ia tak pernah bermimpi tentang saya.