“No one can make you feel inferior without your consent” ~ Eleanor Roosevelt

Kutipan yang bagus ya. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari, kutipan ini nggak dengan mudah bisa diterapkan. Terkadang perasaan inferior terjadi begitu saja, bahkan ketika mencoba menghilangkannya.

Di penghujung tahun 2021 ini, beberapa hari belakangan, saya mengalami perasaan kecil hati ini. Dan, serius. Rasanya sulit banget buat berdiri tegak di saat-saat seperti ini.

Kecil hati.

Saya nggak tahu apakah ini sebuah emosi. Kalau pun iya, emosi yang bagaimana? Buat saya, kecil hati ini mencakup semua emosi yang terbentang di antara perasaan malu, tak layak dan rapuh. I feel I’m not good enough – for many things.

Sebagai penulis, saya merasa tulisan saya tidak cukup baik – dan entah bagaimana saya bisa menerbitkan puluhan buku nonfiksi dan novel, juga mendapatkan feedback, pujian dan bahkan penghargaan atas karya-karya saya. Ada perasaan bahwa sebenarnya saya nggak layak menerima semua itu. Saya merasa tidak percaya diri, tidak profesional, dan tidak cukup baik di bidang yang saya tekuni saat ini.

Tampaknya, semua itu muncul karena saya ingin menjadi yang terbaik yang saya bisa. Jika tidak bisa memenuhi keinginan dan ekspektasi itu, saya akan kembali ke kebiasaan lama; menghakimi dan mengasihani diri sendiri. Pada saat-saat seperti ini, saya merasa mirip dengan remahan roti yang berjatuhan ke lantai.

Perasaan inferior dan self-esteem rendah ini bisa menjadi begitu rumit. Keduanya bisa muncul begitu saja, dari mana saja. Ketika melihat pencapaian orang, ketika mengetahui buku orang lain lebih laku di pasaran, ketika ada sampul buku orang lain yang jauh lebih menarik daripada sampul buku terbaru saya, ketika partner kerja saya mendadak cuek dan lebih memerhatikan proyek lain daripada proyek dengan saya,  saat melakukan atau mengatakan sesuatu yang salah dan saya tampak bodoh setelahnya,

Katakanlah saya baperan, tapi saya merasa apa pun yang saya lakukan tidak cukup baik.  Masa-masa ini merupakan titik terendah dalam hidup saya.

Yah, kecil hati itu seperti perasaan, “Duh, gue kok gini banget ya, nggak ada yang bener!” – padahal kenyataannya tidak demikian. Lantas bagaimana sih seharusnya mengatasi perasaan kecil hati, menyakinkan diri di saat-saat seperti ini, dan mengatakan hal-hal baik pada diri sendiri?

Bisa diabaikan saja nggak sih perasaan kecil hati ini?

Entah ya. Saya tidak selalu punya jawaban, cuma tampaknya langkah awal yang bisa diambil adalah memberi pujian pada diri sendiri, juga mengatakan hal-hal baik pada diri sendiri seperti yang kita katakan pada orang lain.

Saya nggak mungkin mengatakan pada orang lain bahwa dia buruk, tolol, menjijikan, aneh, menyebalkan, menyedihkan dan sebagainya. Sebaliknya, saya akan mengatakan hal-hal seperti, “Kamu baik. Kamu orang yang pintar dan menyenangkan. Kamu ramah, enak kalau kamu ada di sini.”

Pertanyaannya; jika saya nggak mau bilang ke orang lain kenapa dia buruk, tolol, menyebalkan, dan sebagainya, lantas kenapa saya mau mengatakannya pada diri saya sendiri?

Jadi, biasanya kalau kecil hati saya sudah mulai kumat. Saya akan bicara hal-hal baik kepada diri sendiri. Saya akan bilang, “Astrid, kamu itu penulis yang keren, bukumu menginspirasi banyak orang, penjualannya bagus, dan banyak sekali yang terang-terangan mengagumimu dan karyamu.”

Tentu saja, nggak selalu berhasil. Kadang, lebih baik keluar rumah sebentar, jalan kaki ke warung depan, menikmati sinar matahari dan bunga-bunga di kebun tetangga, beli jajanan, terus balik ke rumah. Kadang saya cuma rebahan, nonton drakor romcom, atau membiarkan diri nangis di pojokan jika sudah tak tahan – karena semua itu boleh-boleh saja, tidak ada yang melarang.

Sebab, self-care tidak selalu berendam di bak mandi dengan busa gelembung wangi lavender atau menikmati secangkir teh hijau setelah pijatan aromaterapi di spa mewah. Terkadang self-care cukup dengan tidak melakukan apa-apa dan merasa okay dengan hal itu.

Setelahnya, saya tetap merasa kecil hati, tetapi di sisi lain juga mulai menyadari bahwa ada hal-hal yang harus saya kerjakan agar bisa move on dalam hidup. Saya tidak secara ajaib menyembuhkan perasaan itu, perasaan tidak yakin pada diri sendiri, tapi self-love membuat saya sedikit bersemangat.

Bagaimana pun juga, sulit untuk merasa baik lagi, sebab itu membutuhkan waktu – dan ini tidak apa-apa.

Ada hal-hal di luar diri yang membuat saya merasa kecil hati, dan saya membiarkannya. Sayalah yang menarik diri ke dalam pusaran perasaan kurang, tapi secara bertahap saya berupaya menarik diri keluar dari sana. Saya memberi pujian pada diri sendiri berulang-ulang dan merawat diri.

Melepaskan perasaan kecil hati tidak mudah, tetapi saya bisa merawat diri dan mengingatkan diri tentang siapa saya (dan betapa kerennya saya selama ini)

No one can make you feel inferior without your consent. Dan, ketika kamu merasa kecil hati, tidak seorang pun selain dirimu yang bisa memperbaiki perasaan itu dan bersemangat kembali. Tentu saja, ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, but hey – it’s worth doing.

Kalau kamu sedang merasakan perasaan kecil hati seperti saya, kamu cuma perlu merawat diri, mencintai dirimu sendiri serta tidak membiarkan siapa pun membuatmu merasa kecil hati.

Baca buku terbaru saya;
A Handbook for Self-Love. Klik di sini untuk pembelian via Shopee

One Reply to “Kecil Hati”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.