Sebetulnya, ada yang lumayan mengganggu saya kalau pergi ke hipermarket. Areal koridor yang begitu luas seperti tak rela menganggur. Ia dipenuhi rak-rak barang yang membuat lebarnya berkurang sehingga tak beda dengan gang. Padahal troli belanja gak lagi berukuran medium, sebaliknya ia didesain dengan ukuran jumbo sehingga tak hanya bisa memuat belanjaan, tetapi anggota keluarga sekaligus. Dan troli-troli sebesar itu harus melewati gang-gang kelinci dalam bangunan hipermarket.

Barangkali memang sebaiknya tidak memakai troli kalau tak membeli banyak, cuma seringnya mendorong troli terlihat seperti akan memborong belanjaan. Tak apa bila cuma membeli beberapa bungkus mie instan, sebab sisa tempat bisa dipakai buat menyenangkan anak-anak. Sehingga, khususnya di akhir pekan pada tanggal muda, hipermarket lebih mirip taman hiburan keluarga. Pengunjung berdesak-desakan, masih ditambah dengan troli-troli yang hilir mudik dan sering membikin macet. Susah maju sebab ada troli lain yang lagi ngetem. Tak bisa mundur karena ada troli lain yang mau maju. Mau belok kanan, ada yang memarkir troli seenaknya sementara si empunya entah ada di mana. Kalau troli-troli itu juga dilengkapi klakson dan lampu sein, barangkali susah dibedakan antara hipermaket dan jalan raya.

Dan betapa sebalnya saat sedang memilih-milih barang, lantas jedug!… bokong kanan kena troli. Pindah ke rak sebelah, ganti bokong kiri yang kena. Kalau tiga kali keseruduk troli, mustinya saya dapat payung cantik, bukan bokong yang cenat-cenut.

Dalam keadaan seperti itu, bisa dibilang troli -troli tersebut cukup mengganggu. Dan saya cuma bisa menggerutu pada suami yang sejak awal sudah menyarankan buat tak pergi ke hipermarket kalau cuma untuk belanja kebutuhan sehari-hari, sebab toko kelontong dan minimarket dekat rumah pun cukup. Harga di hipermarket juga tak beda jauh dibandingkan minimarket, dan pastinya tak perlu keluar ongkos transport dan biaya pijat pantat yang kena sruduk.

Tapi, begitulah saya, si keras kepala yang senang mengeluh. Saya tak mau mendengarkan dia, sebaliknya saya lebih suka mencerca pengelola hipermarket dan menganggap bahwa seharusnya mereka membikin aturan lalu lintas troli. Membuat troliway (seperti busway) kalau perlu. Lalu keluhan saya menjadi berlebihan karena saya sebal sama Pemda yang tak pernah menyediakan sarana bermain umum buat anak-anak seperti di negara maju. Sehingga kesenangan murah meriah buat anak-anak cuma bisa didapat dengan membawa mereka ke McD atau KFC (krn punya arena bermain) atau memasukkan mereka ke dalam troli.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.