Minggu ini, saya sedang struggling dengan outline novel terbaru. Sering, ketika merencanakan sebuah novel, kita merasa senang – atau lumayan puas – dengan outline yang kita buat, namun akhinya meihat plot hole atau motivasi karakternya yang tidak masuk akal.

Lantas, kita hanya harus memilih, mau membuang atau menyulam kembali outline yang telah kita kerjakan selama berjam-jam itu. Rasanya seperti saat travelling, sudah packing dengan cermat semua bawaan, eh … sampai di tempat tujuan kita baru ingat kalau ada benda penting yang ketinggalan. Bikin frustasi, kan?

Saya kira, membuat outline adalah proses, dan sebuah proses tidak bisa disuruh buru-buru. Proses membuat outline harus melewati tahap membuang (adegan) dan tahap menghaluskan. Rasanya belum pernah ada penulis yang outline pertamanya langsung final, eh … ada nggak ya?

 

Empat Tips Outlining

Berikut beberapa hal yang membantu saya minggu menyelesaikan outline minggu ini (meski mungkin berubah lagi), dan mungkin bisa berguna juga untuk kamu.

  • Ruang Bernapas. Jangan terlalu kaku dengan outline. Ciptakan ruang untuk gagasan lain bertumbuh dan terbukalah dengan ide-ide plot alternatif
  • Dinginkan Kepala. Istirahat sebentar, terkadang “menyingkirkan” outline selama beberapa hari memberi kita peluang untuk “mengambil napas” sehingga ketika kembali, kita bisa berpikir lebih objektif.
  • Ambil Bantal, Tidur Sebentar. Gagasan untuk menyelesaikan masalah dalam plot kerap datang saat kita tidur, di kamar mandi, atau ketika menunggu seseorang. Tuliskan semua ide yang datang, namun jangan terlalu cepat menaruhnya dalam outline.
  • Biarkan Alami. Jangan (terlalu) tergantung pada struktur penulisan, tulis outline dengan cara yang paling alami dan masuk akal. Hal ini akan membantu agar cerita yang kita tulis tidak kaku dan aneh, atau justru melebar ke mana-mana.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.