Penulis seringkali kesulitan menemukan waktu untuk menulis. Kalau saja ada Top Ten List hal-hal yang membuat penulis “malas” menulis, yang ada di urutan teratas kemungkinan besar adalah menemukan waktu menulis.
Dalam tiga tahun terakhir, saya melakukan 5 hal yang secara drastis mengubah produktifitas saya. Saya menerbitkan dua belas buku non fiksi, dua buku dongeng, dan dua novel (hampir tiga sih, sombong boleh ya), mengadakan lima kelas menulis online, menulis belasan artikel blog, dan juga17 cerpen (meski cuma satu yang dimuat di majalah). Lah, gimana caranya?
Begini …
Tip #1. Siapkan waktu setiap hari untuk menulis dan patuhi, apapun yang terjadi
Serius? Iya. Lagipula seberapa sering kamu jadi “malas” menulis karena merasa nggak punya waktu? Hampir setiap kali, kan? Nah, ini rahasianya: Selalu Ada Waktu.
Berapa lama waktu yang kamu habiskan untuk Twitter, Facebook, atau Instagram? Juga untuk binge-watching film-film serial di Netflix?
Saya juga sering kok jatuh ke jebakan betmen gangguan media sosial dan TV provider. Hanya saja kalau benar-benar serius jadi penulis, kita akan bisa menciptakan waktu untuk itu. Coba deh hal-hal berikut:
- Siapkan waktu setiap hari untuk menulis
- Targetkan jumlah kata yang harus ditulis dalam sehari, atau berapa jam kamu harus menulis dalam sehari.
- Jangan berhenti menulis sebelum mencapai target yang sudah kamu buat
- Simpan tulisanmu, seberapa buruk pun itu menurutmu. Suatu hari nanti, kamu bakal surprise dengan betapa banyaknya gagasan yang tersembunyi di dalamnya
Tip #2. Gunakan teknik free writing
Hari ini ide-ide mungkin mengalir seperti sungai, lain hari otak kita rasanya sekering gurun Sahara. Game changer untuk kondisi ini bagi saya adalah: Free Writing.
Apa dan bagaimana free writing itu? Gabung kelas menulis online yang diadakan Lingua Aksara dengan mengisi formulirnya. Kamu akan belajar banyak mengenai teknik free writing berikut penerapan praktisnya supaya ide-idemu mengucur deras seperti air terjun.
Kalau kamu belum pernah menggunakan teknik ini, coba deh. Membantu sekali untuk berpikir outside the box. Teknik ini semacam olahraga mental bagi otak. Sekali mencobanya, yakin deh kamu bakal menyesal kenapa nggak menggunakan teknik ini sejak dulu.
Tip #3. Jangan menunggu sampai mendapat inspirasi
Saya pernah menyia-nyiakan waktu bertahun-tahun dengan mengatakan ke diri sendiri, “Saya akan mulai menulis ketika inspirasi datang.” Percaya deh, itu nggak akan pernah terjadi. Saya baca sebuah quote (lupa dari siapa) bahwa perbedaan antara sukses dan tidak sukses adalah ketekunan. Kalau kita membaca biografi penulis terkenal manapun, kamu akan melihat bahwa mereka melakuka dua hal: menulis setiap hari dan memiliki ketekunan.
Menulis itu penuh tantangan. Menulislah setiap hari walaupun kita sedang tidak tertantang. Itulah yang dilakukan penulis, dan kamu ingin jadi penulis, bukan?
Tip #4. Katakan dengan keras; SAYA PENULIS!
Berhenti bilang, “Saya ingin jadi penulis.” Jika kamu menulis setiap hari, kamu adalah penulis. Ada penerbit yang akan menerbitkan bukumu, tidak membuatmu menjadi penulis. Kamu adalah seorang penulis, karena kamu menulis.
Jadi, deklarasikan dengan bangga, “Saya adalah penulis,” setiap kali orang menanyakannya.
Tip #5. Ikuti kompetisi menulis
Saya senang ikut lomba menulis, entah esai atau cerpen. Belum pernah menang sih, tapi buat saya itu sama sekali nggak memalukan. Mengikuti kompetisi semacam ini meningkatkan keterampilan menulis, juga membuat karya kita dibaca oleh dunia. Dan, bukankah demikian esensi menulis? Buat apa capek-capek menulis kalau nggak ada yang baca?
Feedback yang didapatkan dari penulis lain membantu kita melihat bagian mana dari cara menulis kita yang bisa ditingkatkan. Kita juga akan belajar menangani kritik, yang juga akan membantu kita menjadi penulis yang lebih baik. Kompetisi menulis membuatmu “terpaksa” menulis, juga menjadi motivator hebat yang menyenangkan.
Jika kamu serius ingin menjadi penulis, dan ingin membawa karyamu ke tingkat selanjutnya, terapkan tips-tips menulis di atas ke dalam rutinitas harianmu ya.