Buat pencinta buku di Jogakarta, pasar buku Patjar Merah yang diadakan dari tanggal 2-10 Maret 2019 pasti jadi momen yang ngga bisa dilewatkan. Sebetulnya, pameran buku semacam ini bukan hal asing di kota gudeg, sebab hampir setiap beberapa bulan pasti ada event sejenis.
Apa yang membuat Patjar Merah istimewa adalah ini bukan sekadar tempat mendapatkan buku-buku diskon, tapi juga sejumlah workshop dan kegiatan literasi bersama narasumber-narasumber ternama. Mulai dari penulis, pegiat literasi Indonesia, konten kreator, influencer, dan lain sebagainya. Sebut saja Ivan Lanin, Joko Pinurbo, Trinity, Alexander Thian, Ria Papermoon, Trinity, Jenny Jusuf, Theoresia Rumthe, Ismael Basbeth dan banyak lagi.
Saya ke Patjar Merah dua kali. Pertama pada hari ketiga festival kecil literasi dan pasar buku ini dibuka, dan kali kedua hari Jumat kemarin. Alasannya dua; saya ingin mendonasikan buku dan ingin ketemu dengan penulis novel Rahasia Salinem yang lagi happening itu. Sebetulnya saya ingin datang Sabtu pagi karena ingin sekali ketemu dengan Ivan Lanin, sayangnya saya sudah ada jadwal lain yang nggak bisa diubah.
Baca juga: Lima Cara Penulis Berinteraksi dengan Pembaca
Jadi, Patjar Merah punya booth khusus buat siapa saja menyumbangkan buku-buku. Nantinya, buku-buku tersebut akan disortir dan disitribusi ke perpustakaan-perpustakaan daerah. Kebetulan aja, saya lagi pingin “buang-buangin” koleksi buku-buku lama yang semakin menumpuk. Hampir semuanya sudah saya baca, dan yakin tidak akan saya baca lagi. Jadi, mending buku-buku itu pergi ke “rumah baru” mereka ketimbang berdebu dan dimakan rayap di rumah.
Nah, sekarang saya mau membahas tentang pasar buku Patjar Merah.
Secara umum gampang banget cari buku yang kamu mau karena semua sudah ada kategorinya masing-masing.
Hanya saja, entah kenapa saya menemukan buku saya, 33 Cara Kaya Ala Bob Sadino (yang harusnya masuk motivasi bisnis) di bagian buku-buku Sospol/Hukum. Mungkin panitianya lelah, entah deh. Buku ini diskon jadi 33ribuan dari harga 45ribuan, lumayan kan.
Yang menarik perhatian saya adalah bagian buku PAHE. Ini lima buku acak yang dipaketkan dan dijual seharga seratus ribu. Sayang isinya nggak bisa milih sendiri.
Pada bagian buku Indie, ada banyak yang menarik. Ini adalah buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit Indie, dan saya yakin isinya pasti sangat menarik. Sayang banget, enggak ada sample buku yang bisa dibaca, sebab semua masih terbungkus plastik. Kalau di toko buku, biasanya saya bisa minta pegawainya untuk membuka salah satu untuk dibaca sekilas di tempat, tapi di sini tidak boleh. Ya sudah, saya nggak jadi beli. Kadang, baca blurb saja kurang greget.
Oya, saya juga surprise lihat buku saya ada di bagian buku rekomendasi. Buku Revolusi Industri 4.0 ini hampir naik cetakan kedua, dan saya banyak dapat DM dan tag di Instagram dari mereka yang sudah baca buku ini dan memberikan apresiasi. Makasih banget ya.
Nah, di Patjar Merah, buku Revolusi Industri 4.0 didiskon hingga 48ribuan dari harga toko Rp69.000. Lumayan banget, kan? Makanya datang deh ke Patjar Merah, masih buka sampai tanggal 10 Maret kok. Datang saja setelah jam sembilan pagi (disarankan karena tidak terlalu ramai dan panas).
Oya, biar nggak kalap saat membeli buku di Patjar Merah atau pameran sejenis, saya ada tips-nya nih.
Baca Juga: Cantik itu Luka; Satir dalam Realisme Magis
Tentukan Budget
Diskon di Patjar Merah itu sekitar 30-80 persen. Nah, tinggal kamu sediakan saja anggaran untuk beli bukunya. Misalnya seratus ribu, seratus lima puluh ribu, atau dua ratus ribu. Saya sarankan sih bawa uang tunai saja secukupnya, jangan bawa kartu debit atau kartu kredit supaya nggak kalap beli bukunya.
Buat Daftar
Buka Goodreads dan cari rekomendasi buku-buku yang sesuai minat bacamu, lalu buat daftar. Dengan begitu, kamu nggak akan kalap beli buku karena “mumpung murah” atau karena kovernya bagus.
Sediakan Waktu
Stok buku di sini banyak banget. Patjar Merah meng-klaim ada sekitar 8000 buku. Saya sih percaya-percaya saja, kan nggak mungkin juga saya hitung satu-satu. Nah, seperti saya bilang sebelumnya, buku-buku tersebut memang sudah dipisahkan berdasarkan kategori dan genre, tapi saya tetap menemukan buku yang tidak pada tempatnya. Entah karena pengunjung yang tidak jadi membeli malas mengembalikan atau karena petugasnya memag kurang cermat.
Jadi, jangan buruburu untuk mengubek-ubek tumpukkan buku di sana. Sediakan waktu banyak untuk menyusuri koleksi demi koleksi. Cek juga tumpukkan bagian tengah atau dalam. Kalau beruntung, kamu bisa mendapatkan buku bagus yang tersembunyi dan tidak ditemukan pengunjung lain.
Hanya saja, tolong ya jangan diacak-acak. Kasihan petugas, juga pengunjung lain.
Jangan Tergoda Sampul dan Blurb
Banyak banget buku yang sampul dan blurb-nya menarik meski judul dan penulisnya belum pernah saya dengar. Nah, kalau kamu ragu, coba buka Goodreads atau minimal Googling bentar deh untuk cari ulasannya. Saya sih pengalaman kecewa dengan buku-buku kayak gini, akhirnya cuma dibaca beberapa halaman pertama lalu nggak pernah saya sentuh lagi. Entah karena membosankan atau terlalu cetek.
Jangan Ambil Tas
Waktu datang ke Patjar Merah, saya memang nggak niat borong buku, paling beli satu atau dua saja. Oleh karena itu, saya tidak mengambil tas yang disediakan. Tujuannya mengingatkan supaya saya malas mengambil banyak buku. Kalau menenteng buku pakai tangan saja kan nggak bisa banyak-banyak. Lain cerita kalau pakai tas. Oya, sebetulnya sih tas yang disediakan kurang nyaman karena talinya terlalu pendek sehingga nggak bisa disampirkan di bahu dan harus dijinjing. Kalau beli buku banyak, ya lumayan pegal juga tangannya.
Buka Jastip
Meskipun tidak sebesar Big Bad Wolf Jakarta, pasar buku Patjar Merah bisa dijadikan ajang jastip buat kamu yang ingin cari uang tambahan. Nggak usah gengsi, praktik jastip ini udah lazim banget kok, bahkan ada akun Instagram khusus jastip buat siapapun yang mau titip membeli buku.
Nah, kalau kamu juga mau buka jastip, kamu harus tahu dulu buku-buku apa aja yang dijual di sana dan berapa harganya. Dengan begitu kamu bisa menaikkan sedikit harga buku untuk keuntungan kamu. Toh, yang nitip biasanya nggak keberatan, apalagi kamu sudah bela-belain ke sana, ngubek-ngubek buku seharian, dan mengantre di kasir. Oya, jangan lupa bawa tas belanja besar ya, terutama kalau yang titip banyak supaya bisa ikut mengurangi sampah kantong plastik.
Nah, itu tips buat kamu supaya nggak kalap ketika belanja buku di Patjar Merah. Oya, Agustus tahun ini, Big Bad Wolf juga akan diadakan di Jogja lho (nggak sabar nunggunya). Tips ini bisa juga kamu praktikan di event buku terbesar di Indonesia tersebut, khususnya kalau kamu belum sempat mampir ke Patjar Merah.
One Reply to “6 Tips Agar Tidak Kalap Beli Buku Di Patjar Merah”