Bulan puasa kemarin, ketika sedang menulisi slip setoran di sebuah bank, saya menoleh pada orang di sebelah yang juga sedang melakukan hal sama. Ternyata dia Duta Sheila On7.
Mestinya saya histeris atau minimal minta foto dan tanda tangan, tapi saya terlalu tertarik dengan jenggotnya sebab seingat saya ia klimis. Lantas saya bertanya, “Kok mas Duta sekarang berkumis dan jenggotan?” Ia menjawab sambil tersenyum, ”Iya, biar tuaan dikit.” – dan ia pun dengan sopan berlalu meninggalkan saya yang sibuk bingung.
Iya, bingung. Sebab di saat orang lain ingin kelihatan lebih muda, dia malah kepingin kelihatan lebih tua. Ini mengingatkan pada teman saya yang memelihara janggut demi terkesan lebih religius. Apakah setelah berjanggut keimanannya menjadi lebih kokoh? Ya itu sih saya gak pernah tahu.
Namun persoalannya adalah teman itu kayaknya gak bakat berbulu. Buktinya setelah berbulan-bulan, janggutnya gak bertambah lebat secara signifikan, masih setipis benang jahit. Konon ia sudah memakai Wak Doyok, produk penumbuh bulu kompetitor Firdaus Oil dan Kumis Top Cream yang menjanjikan hasil terbaik dalam seminggu. Barangkali produk-produk tersebut memang bagus untuk orang lain.
Bicara tentang janggut, seorang kawan lain yang pernah bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Afghanistan bercerita. Di sana pemerintah Taliban mengaruskan para pria berjanggut. Aturan ini sama wajibnya dengan keharusan para wanita di sana mengenakan Burqa.
Saya tak tahu pasti apakah janggut memang dapat membantu menaikkan level religius, tapi saya baca bahwa ortodoks di Rusia pun pernah mengharuskan lelaki berjanggut. Alasannya Yesus memelihara janggut, jadi lelaki yang alim juga mesti begitu dan yang menolak berjanggut dianggap kafir (seperti orang Romawi). Semua persoalan bulu di dagu ini berakhir ketika Peter Yang Agung mulai memerintah pada abad ke-17. Ia menumpas janggut sebagai simbol keagamaan.
Untungnya negara kita gak pernah membikin hal-hal begini menjadi persoalan nasional (artinya negara kita lebih suka membikin seorang gubernur yang tak pernah korupsi menjadi persoalan nasional). Buat saya, janggut adalah masalah pribadi seorang pria, entah karena ia ingin bersolek atau memang gak sempat bercukur.
Namun, secara pribadi juga saya lebih suka lelaki klimis, atau sekalian berjanggut lebat semacam Chris Hemsworth, Justin Timberlake atau Rio Dewanto. Saya kurang suka yang setengah-setengah. Dan saya sebal sama pengantar air galon di toko dekat rumah. Dia berjanggut begitu tipis namun hampir setiap pagi jongkok di depan tokonya; mencabuti rambut halus di dagunya dengan dua buah uang koin.
Dan saya benar-benar teriritasi! Arrrrghhh!! ?