Apa perbedaan antara plot outline dan sinopsis? Pertanyaan ini banyak masuk ke kontak saya.
Di awal belajar menulis, saya juga kesulitan membedakan istilah-istilah tersebut. Lantas saya belajar bahwa sinopsis adalah ringkasan dari novelmu. Penerbit mungkin akan meminta kamu menulis sinopsis sebagai bagian dari proposal naskah. Jadi, sinopsis umumnya dibuat setelah naskah selesai ditulis.
Sedangkan plot outline adalah sesuatu yang harus dibuat sebelum menulis novel. Plot outline ini kemudian kita gunakan sebagai panduan selama proses penulisan untuk membantu kita mengingat bagaimana cerita tersebut ingin kita ungkapkan. “Plotters” atau penulis yang mengandalkan plot outline akan merencanakan isi novel terlebih dahulu. Merencanakan bagaimana novelmu akan ditulis ngebantu banget dalam mengurangi waktu menulis ulang naskahmu.
Beberapa penulis kurang suka membuat plot outline dan memilih membiarkan cerita mengalir saat mereka menuliskannya. Tentu saja, nggak ada keharusan. Hanya saja, berdasarkan pengalaman banyak penulis, tanpa plot, kita akan cenderung berisiko terjebak di tengah jalan. Ada kemungkinan kita nggak tahu bagaimana harus meneruskan, apalagi menyelesaikan. Yang ada malah cerita jadi melebar ke mana-mana, dan akhirnya kita harus menghabiskan waktu untuk menulis ulang naskah tersebut.
Berapa panjang sebuah plot outline/sinopsis harus dibuat? Untuk sinopsis, penerbit mungkin meminta tidak lebih dari 2-5 halaman. Yang penting cukup bagi mereka untuk dapat melihat bahwa plot yang kamu buat koheren. Sedangkan untuk plot oultine nggak ada batasnya, bisa sesingkat satu paragraf atau lebih dari seratus halaman, terutama jika kamu termasuk senang membuat karakter dan materi latar belakang secara rinci seperti saya.
Nah, ini ada beberapa tips membuat plot yang pernah saya coba saat membuat naskah.
Buat Kerangka Plot
Sebuah plot outline akan membantumu memilih konflik dan langkah-langkah untuk mengatasinya. Saya senang mulai kerangka plot dengan karakter. Karakter ciptaan saya harus menginginkan atau membutuhkan sesuatu dan saya harus mencegahnya mendapatkan hal tersebut. Ini disebut konflik. Bagaimana sang karakter mendapatkannya? Itu disebut cerita. Setelah sang karakter menemukan cara bagaimana mendapatkan apa yang ia inginkan, nah, itulah yang disebut plot. Percaya deh, menguraikan ide-ide seperti ini di awal tidak akan membatasi kreativitas, sebaliknya justru menjamin plot yang tidak menyimpang terlalu jauh dari tema.
Kembangkan Plot
Kembangkan plot dengan karakter yang berwarna-warni dan setting yang jelas. Hal tersebut akan membuat novel lebih menarik perhatian pembaca. Luangkan waktu pada detail kecil dan tetaplah fokus, sebab nggak ada yang lebih buruk daripada ide plot yang berubah semakin kacau ketika novel sedang ditulis. Sebuah cerita adalah mengenai perubahan-perubahan, setiap adegan harus memiliki titik balik, dengan karakter yang terus bergerak dari satu emosi ke emosi lainnya. Entah karakter mulai sedih, lalu berakhir marah, atau senang dan benar-benar bersemangat, setiap adegan harus mendorong cerita menuju titik balik akhir, yakni resolusi.
Bawa Plot Menuju Resolusi yang Kuat
Jangan kecewakan pembaca dengan ending yang sia-sia. Gunakan setiap adegan dan event cerita untuk memandu pembaca menuju sebuah resolusi. Ini adalah titik balik akhir, bagaimana sang karakter berubah sejak awal cerita. Pembaca tidak ingin menghabiskan sepanjang hari, atau bahkan sepanjang minggu, membaca novelmu hanya untuk melihat sang karakter begitu-begitu saja. Pastikan untuk mengikat bagian akhir, bahkan jika kamu sedang menulis novel bersambung, kamu tetap harus mengakhiri mini-plot dalam setiap novelmu.
Akhiri Cerita Secara Alami
Setelah klimaks, bungkus cerita secepat mungkin. Jangan tergoda untuk menyeret-nyeret tema lain di luar tema utama, pembaca nggak akan menyukainya. Selain itu plot dan karakter ciptaanmu akan menderita. Ingat, akhir cerita akan menjadi hal yang paling diingat pembaca setelah mereka menutup bukumu.
Pastikan Karakter Ciptaanmu Menyelesaikan Konfliknya Sendiri
Jangan mengandalkan sebuah keajaiban atau memasukkan pahlawan tak dikenal untuk menyelesaikan konflik pada menit-menit terakhir. Novelmu bukan kisah dongeng 1001 malam. Pembaca ingin melihat karakter ciptaanmu memecahkan masalahnya sendiri. Pembaca harus jatuh hati pada sang karakter, dan plot yang baik akan menunjukkan bagaimana karakter tersebut diubah oleh rintangan yang ia hadapi.
Menciptakan plot yang baik memang tidak semudah kedengarannya. Pada awalnya, mungkin tidak akan sempurna, akan makan banyak waktu dan latihan untuk menuliskan alur cerita. Bahkan setelah mendapatkannya pun, kamu masih harus menemukan banyak rintangan bagi karakter dan setting. Namun, jika kamu memiliki plot yang baik, dengan struktur yang solid, kamu bisa menciptakan novel dengan karakter dalam setting apapun tanpa frustasi.
2 Replies to “Plot Outline vs Sinopsis”