Saya memulai Lingua Aksara untuk membantu penulis-penulis pemula sebab saya tahu menjadi penulis sukses itu hal yang mungkin dilakukan.
Dorongan semangat dalam menulis memang membantu, tetapi terkadang pendapat jujur dibutuhkan untuk membuat orang tergerak. Kali ini saya mau berterus terang kenapa sebaiknya kamu menyerah saja untuk menjadi penulis sukses.
KAMU TUH CUMA OMDO
Saya sering mendapat pesan via email atau DM dari mereka yang bercita-cita menjadi penulis. Saya sangat senang memberikan tips dan sedapat mungkin membantu, tetapi ada beberapa jenis pesan yang secara otomatis menunjukkan bahwa orang itu nggak bakal pernah berhasil menjadi penulis sukses.
Mereka menulis pesan semacam ini:
Dear Astrid,
Saya ingin menjadi penulis dan menerbitkan buku, tetapi saya tidak punya fans atau follower. Juga, saya nggak tahu apa yang harus saya tulis. Oh ya, (pekerjaan/keadaan/status) saya sekarang ini juga membuat saya tidak punya waktu untuk menulis. Bantuin dong gimana caranya bisa jadi penulis sukses?
Dalam waktu setengah menit, saya langsung tahu orang ini tidak akan pernah berhasil. Alasannya sudah tersurat dalam pesannya, dan saya yakin mereka belum pernah mencoba menulis apapun.
This is the way of the world. Banyak orang yang cuma bisa omdo, omong doang.
Bilangnya ingin menurunkan berat badan, tetapi terus ngemil burger dan kripik kentang.
Bilangnya ingin memulai bisnis, tetapi malah beralasan tidak punya modal, koneksi, atau keterampilan.
Bilangnya ingin menjadi penulis hebat, menerbitkan buku, dan memiliki penggemar, tetapi tidak mau berkorban.
Kalau nggak mau berkorban, bagaimana kamu berharap bisa punya peluang menyusun kata-kata dan mendapatkan penghasilan dari sana?
Lah, memangnya kita harus mengunci diri di kamar selama berjam-jam sehari dan menulis sampai nangis darah agar bisa jadi penulis sukses? Ya enggak dong, tapi kamu harus rela melepaskan sesuatu.
Lantas apa yang perlu dikorbankan untuk menjadi penulis sukses. Baca terus deh …
KAMU MERASA LAYAK DIPERHATIKAN
Kenapa ada orang yang ingin membaca tulisanmu, mengunjungi situs webmu, atau membeli bukumu?
Apa karena kamu disiplin menulis? Tidak?
Apa kamu sudah berupaya terhubung dengan pembaca? Belum?
Atau jangan-jangan kamu berpikir bahwa orang harus membaca tulisanmu karena kamu yang menulisnya.
Duh, jawaban semacam itu bikin saya pingin pingsan bebas.
Memangnya orang-orang membeli iPhone karena kagum sama Steve Jobs? Nggak kan. Mereka membelinya karena tahu itu produk yang hebat.
Jika kamu ingin mendapatkan penghasilan dari tulisanmu, maka kata-katamu otomatis menjadi produkmu. Kamu harus menciptakan karya terbaik dan menunjukkannya kepada pembaca. Semuanya dimulai dengan tanggung jawab pribadi.
Tidak ada yang merasa harus memperhatikan karyamu. Saya mengedepankan poin ini karena ini adalah masalah yang paling banyak dimiliki oleh para penulis pemula. Saya sudah melihatnya berkali-kali; seorang penulis yang bercita-cita tinggi menulis karya berkualitas relatif rendah dan kemudian mengeluh karena tidak pernah mampu mencapai kesuksesan.
Kurangi merengek. Perbanyak karya.
Kalau kamu tidak mau mengorbankan diri buat terus belajar menjadi penulis yang lebih baik, mendingan kamu menyerah saja untuk jadi penulis sukses.
KAMU SOK ROMANTIS
Menulis itu seni. Kamu menganggap menulis sebagai sebuah karya indah. Kamu ingin menulis kata-kata yang mengagumkan dan berharap menjadi Tere Liye berikutnya.
Yah, semoga beruntung aja deh.
Penulis romantis adalah tipe yang menggunakan sekarung bahasa berbunga-bunga, berpikir buku mereka akan diterbitkan oleh Gramedia Grup lantas menjadi best seller, dan mengeluh soal kurangnya kualitas sastra dalam tulisan-tulisan para penulis masa kini.
Di bidang penulisan, ada yang namanya penulis berbakat namun membosankan dan tidak berhasil.
Menulis kata-kata indah tidak membuatmu otomatis menjadi penulis yang baik. Kemampuan menggerakan perasaan oranglah yang membuatmu menjadi seorang penulis yang baik. Kemampuan untuk menghibur, mendidik, dan menginspirasi orang, itulah yang membuatmu menjadi penulis yang baik.
Masalah dengan jenis tulisan berbunga-bunga yang terlalu berlebihan adalah kurangnya perhatian pada orang-orang yang membacanya. Penulisnya menyukai gagasannya sendiri tapi tidak mampu menyampaikannya dalam bentuk tulisan yang mudah dipahami.
Menulis untuk memenuhi kebutuhan pasar tidak membuatmu meretas, tapi itu membuatmu menjadi orang yang benar-benar mendapatkan penghasilan dari tulisan.
Di era Revolusi Industri 4.0 ini, seni dan bisnis tidak lagi eksklusif. Kedua bidang berbaur satu sama lain dan garis batasnya kabur. Pragmatisme kecil akan memberimu peluang untuk berhasil sebagai penulis sukses.
Jadi penulis pemula, tolong deh buang sikap sok romantismu.
KAMU KHAWATIR DICAP NARSIS
Jika salah satu kalimat di bawah ini menggambarkanmu, maka kamu tidak berhak mengeluh tentang kegagalanmu menulis:
- Kamu tidak memiliki blog sendiri
- Kamu belum pernah mengirim atau memposting karyamu di platform lain
- Kamu belum terhubung via tulisan dengan satu orang pun di bidang penulisan
Katakanlah saat ini tulisanmu tidak mendapat banyak perhatian, terus coba jawab pertanyaan ini; Bagaimana caranya agar orang-orang bisa mengetahui dan memperhatikan karyamu? Lewat keberuntungan? Telepati? Bisik-bisik tetangga?
Resep untuk sukses sebagai penulis itu sederhana – temukan orang yang ingin membaca jenis tulisanmu dan tunjukkan tulisanmu padanya. Ini berarti kamu harus menemukan situs web yang sudah memiliki pembaca setia dan terbitkan karyamu di sana. Ini berarti kamu harus terhubung secara online dengan orang-orang berpengaruh yang dapat membantu mempromosikan karyamu.
Kekhawatiran dikatakan narsis membuatmu enggan memasarkan diri.
Saya paham kalau kamu beralasan bahwa kamu cuma ingin menulis, dan menghargai jika kamu berpendapat bahwa menulis dengan baik itu sudah cukup membuatmu sukses.
Sayangnya, faktanya tidak begitu.
Narsisisme dan memasarkan diri bukan kata-kata yang tabu. Keduanya merupakan prasyarat untuk sukses.
KAMU SELALU TIDAK PUNYA WAKTU
Bagaimana jika kamu sudah tahu akan berhasil menjadi penulis? Berapa banyak waktu yang akan kamu curahkan untuk membangun karier menulis jika ada jaminan sukses?
Setahun, lima tahun, sepuluh tahun?
Membangun karier menulis membutuhkan waktu.
Saya pernah baca sebuah posting oleh pakar blog Jon Morrow yang mengatakan kita harus mendedikasikan empat hingga enam tahun hidupmu untuk membangun blog dengan jutaan pembaca. Oya, salah satu penulis favorit saya, James Altucher, juga mengatakan kita perlu pengalaman lima tahun sebelum kaya dari menulis.
Jika kamu baru memulai semua upayamu selama 24 bulan atau kurang, santai saja. Itu cuma berarti kamu masih harus bekerja keras sebelum bisa menjadi penulis mega sukses.
Kamu harus membungkus pemikiran dengan gagasan bahwa menjadi penulis sukses tidak akan terjadi sekarang, tetapi pasti akan terjadi. Menulis bukan praktik linier, melainkan eksponensial.
Maksudnya begini,
Kamu tidak bisa meningkatkan keterampilan menulis pada tingkat yang sama. Ketika kamu menulis secara konsisten, keterampilanmu akan tumbuh secara eksponensial. Kuncinya adalah mengasah kemampuanmu di tahap-tahap awal.
Saya kasih analogi ya,
Ambil bilangan 0,00002. Jika digandakan akan menjadi 0,00004. Jika digandakan lagi akan menjadi 0,00008. Hasilnya tampak sedikit, tapi jika dijadikan dua kali lipat sebanyak 36 kali, hasilnya adalah angkanya 1,3 juta.
Analogi lain,
Pada tahap awal, sebuah balon tiup membutuhkan banyak udara untuk mengisinya, tetapi setelah mencapai ambang batas, balon itu akan menggembung dengan mudah dan cepat.
Keterampilan menulis itu serupa dengan angka desimal kecil dan balon tiup.
Kalau kamu menulis dengan konsisten, kamu akan menjadi lebih baik. Nah, jujur deh sama diri sendiri – apakah kamu sudah serius menulis atau kamu sudah terlalu dini?
KAMU BUTUH PENGAKUAN
Jika keluarga dan teman-teman mendukungmu jadi penulis, itu luar biasa. Sayangnya, sering kali, orang-orang di sekitarmu justru keberatan dengan pilihanmu untuk menjadi penulis penuh waktu. Bisa jadi karena mereka menganggap profesi itu tidak menghasilkan atau “berisiko” dan sebaiknya kamu memilih karier lain.
Pastinya, alasan-alasan itu bukan karena mereka tidak ingin kamu berhasil. Sebaliknya mereka sangat peduli padamu dan tidak ingin kamu kecewa.
Butuh beberapa saat bagi keluarga untuk menganggap serius keinginan saya menjadi penulis. Begitu saya mulai menghasilkan uang dan mendapatkan momentum, kemajuan saya membuka mata mereka terhadap berbagai kemungkinan. Keluarga tidak pernah mengecewakan saya, tetapi jauh di lubuk hati saya tahu mereka awalnya tidak yakin, dan itu tidak masalah bagi saya.
Kamu harus menyadari ketika kamu menyimpang dari “jalur biasa” akan ada orang-orang yang tidak mampu memahaminya. Itu kenapa saya dulu hampir tidak pernah bilang-bilang ingin jadi penulis. Saya cuma mulai menulis dan terus menulis.
Tidak masalah apa yang dipikirkan teman dan keluarga. Tidak masalah apa yang dipikirkan masyarakat. Ketika menulis, satu-satunya hal yang penting adalah tulisanmu. Apalagi sekarang ini adalah era terbaik dalam sejarah bagi seorang penulis. Kamu tidak perlu izin siapa pun untuk membuat buku dan menerbitkan. Kamu tidak perlu menunggu penerbit memutuskan apakah kamu penulis yang baik atau tidak. Biarkan saja pembacamu yang melakukan.
Tugasmu adalah mempertajam keterampilan menulis dan pengetahuan di seputar dunia menulis. Untuk melakukan itu, kamu harus tebal muka, karena teman dan keluarga mungkin tidak selalu bisa memahami keinginanmu. Bahkan mungkin kamu akan mendapat reaksi keras lewat komentar menjengkelkan atau orang-orang yang yakin tulisamu cuma recehan.
Jangan biarkan orang lain mendefiniskan siapa dirimu. Percayalah pada diri sendiri dan percaya proses tidak akan mengkhianati hasil.
KAMU BANYAK TANYA
Kamu harus menyerah jadi penulis sukses kalau kamu terlalu banyak tanya.
Pernah dengar orang yang pergi ke dokter karena merasa lelah atau tidak enak badan, lalu minta diobati? Alih-alih memberi obat, dokter hanya menyarankan dia untuk makan lebih sehat, berolahraga teratur, dan cukup tidur. Bukannya lega, orang itu malah penasaran, “Masa sih cuma gitu doang, kok aku ngerasanya lagi sakit berat ya?”
Apa kamu penulis yang seperti itu? Kamu sudah tahu masalahnya tapi tetap saja mencari jawaban yang lebih rumit tentang kenapa kamu tidak pernah bisa berhasil menulis satu naskahpun, atau kenapa kamu tidak pernah bisa menjadi penulis sukses.
Padahal jawabannya sederhana; kamu kurang latihan menulis. Titik.
Artikel ini mungkin posting blog ke-500 saya. Salah satu penulis favorit saya, Seth Godin, bahkan telah menulis 6000an postingan di blognya.
Nah, berapa banyak posting blog yang sudah kamu tulis?
Berapa banyak kata yang sudah kamu tuangkan dalam tulisan?
Apa kamu menulis setiap hari atau hanya “sesekali dan sebentar” saja?
Apa ketika menulis kamu fokus atau diselingi nonton YouTube dan cek semua media sosial?
Saya yakin kamu sudah tahu jawabannya dan kamu juga tahu cara ‘mengobatinya.’
Saya paham terkadang kamu merasa kesulitan menuangkan kata-kata yang ada di benak. Saya tahu kadang kamu merasa tidak cocok menjadi penulis, jadi menyerah saja. Kecuali kamu bisa membangun kebiasaan menulis yang melekat.
KAMU TERLALU BANYAK ALASAN
Saya sudah banyak memposting tentang cara membuat plot dan outline, menemukan topik penulisan, mengembangkan pola pikir yang solid, dan membuat karyamu tersaji di depan orang yang tepat. Kamu sudah baca dan semua dan mempraktekan yang sesuai denganmu?
Nah, itu tantangan saya, keputusan ada di tangamu.
Saya sungguh-sungguh percaya bahwa siapapun bisa menjadi penulis sukses. Saya benar-benar ingin kamu jadi penulis sukses.
Tapi saya tidak bisa memaksamu, apalagi kalau kamu banyak alasan.
Jadi mending kamu menyerah saja.
Kecuali kamu mau berhenti mengajukan alasan dan selama 30 atau 90 hari terus menulis. Tidak ada lagi alasan menunda-nunda memulai tulisan, menulis naskah, atau menyusun kisah dalam tulisan.
Pokoknya jangan ada alasan lagi, ciptakan saja karyamu.