Tiga bulan terakhir, di sela-sela kesibukan menulis naskah buku baru dan proyek-proyek lainnya, saya sedang terlibat dalam penulisan lirik lagu. Yeap! Ini ketiga kalinya saya menulis lirik, dan ternyata … masih tidak mudah 😀
Jadi, awal mulanya begini …
Beberapa minggu jelang launching buku Hari Ini Atau Esok pada bulan Februari 2020, tim penerbit mendadak punya ide untuk menyiapkan sebuah lagu sebagai original soundtrack dari buku tersebut. Sebuah gagasan unik, bukan? Peluncuran buku yang ada lagu khususnya. Nah, jadilah sang creative director menggandeng temannya yang seorang music producer, namanya Aditya Candra Wisesa.
Dia setuju untuk menciptakan melodi lagu dengan syarat sayalah yang menulis liriknya. Menurut dia, proyek ini beda dan belum pernah dia tangani. Menulis lagu untuk soundtrack sebuah buku, karena itu yang paling cocok menulis liriknya adalah si penulis buku tersebut. Dengan begitu, jiwa dari buku bisa mengalir masuk ke dalam lagu, saling mengisi, menciptakan harmoni.
Saya lumayan tertantang, sekaligus gelagapan. Soalnya, saya sama sekali belum pernah menulis lirik. Oke, kadang-kadang saya bikin puisi pendek sih, tapi ini kan beda.
Perlu dua hari bersama Aditya untuk menulis lirik dan melaraskannya dengan melodi yang sudah dia ciptakan. Banyak argumentasi di antara saya dan dia, sebab kami beda cara pandang soal melihat makna beberapa kata tertentu. Puas banget ketika akhirnya liriknya selesai.
Proses selanjutnya, mulai dari mencari penyanyi yang suaranya pas untuk lagu itu, rekaman di studio dan urusan teknis lainnya ditangani sendiri oleh Aditya. Saya mah tahu beres saja 😀 Dan, senang banget karena kerja kerasnya, lagu itu akhirnya jadi. Beda ternyata antara musik demo dan setelah dipoles di studio, yang pasti jauh lebih bagus.
Kalau mau tahu lagunya bisa dengar di sini. Oya, lagunya berjudul Indah Hari-Hariku, dinyanyikan oleh penyanyi keluaran The Voice Kids Indoensia, Lila dan Namira. Versi terbarunya juga ada, digarap dan dipermanis awal tahun 2022 ini (Ini juga ada ceritanya, tapi saya ceritain kapan-kapan kenapa kami kemudian memutuskan bikin versi baru dari lagu originalnya)
Anyway, setahun setelah menulis lirik lagu itu, tiba-tiba Aditya mengontak saya lagi. Dia minta saya untuk kembali menulis lirik untuk lagu lain yang sedang dia garap. Kalau lagu sebelumnya bertema tentang cinta diri, kali ini dia minta saya menulis lagu cinta romantis.
Oh, saya gelagapan (lagi) dong. Seperti saya bilang, keahlian saya menulis nonfiksi. Naskah seratus hingga dua ratus halaman bisa saya garap dengan mudah, tapi lirik lagu? Wuiiih, empat bait saja bikin puyeng mikir kata-katanya 😀
Tapi, begitulah saya. Nggak bisa ditantang, saya pasti langsung sok bisa. Setelah mendengarkan melodi ciptaan Aditya (ternyata yang baguuuus banget!), saya pun mulai menghabiskan hari-hari menulis lirik cinta. Kalau dulu dia mendampingi saya menulis lirik, kali ini dia membiarkan saya berkreasi sendirian. Hasilnya?
“Jelek!” kata Aditya.
Ahahaha, dia memang seapa adanya begitu orangnya. Awalnya, saya jengkel banget dengan responsnya, tapi saya tahu dia hanya sedang mencoba mengajari saya hal baru. Saya beruntung bertemu “guru” yang keras kayak dia, dengan begitu, saya mengerti bagaimana proses penulisan lirik yang benar dan indah. Saya ubah dan ubah terus hingga hasil akhirnya bisa membuat Aditya tersenyum senang. (Tentang lagu ini, rencananya akan masuk dalam album yang akan dia rilis dalam waktu dekat. Moga, segera ya!)
Dan, awal tahun 2022 ini, kembali saya menulis lirik lagu bersamanya. Sebuah lagu yang belum bisa saya kasih tahu untuk apa karena harus menunggu rilisnya dulu di bulan Juni nanti. Yang jelas, saya sama dia mau buat kejutan kecil dengan lagu itu.
Sekarang, setiap kali mendengar lagu baru di YouTube atau Spotify, saya langsung membatin, “Kok bisa ya bikin lirik sebagus itu. Kok kepikiran ya pakai kata-kata manis kayak gitu.”
Sebab, sekarang saya tahu, menulis lagu itu proses kreatif yang berbeda dengan menulis buku – meski dasarnya sama-sama menulis. Saya boleh saja berbangga karena sudah menerbitkan puluhan buku dan mendapatkan penghargaan buku terbaik dari Perpusnas RI, tapi untuk urusan lirik lagu? Wah, saya masih setara dengan anak sekolah dasar.
Tapi, saya senang. Ini bukan soal apakah lagunya bakal terkenal atau tidak, sebab kepuasan di saya adalah bisa melakukan hal baru. Hal yang nggak pernah terpikir buat saya bisa saya wujudkan. Menulis lirik lagu belum pernah ada dalam khayalan saya, tetapi rupanya Tuhan mau saya begitu. Dan, saya langsung dikasih guru yang tepat, yang mau kasih saya peluang, yang sabar banget mengarahkan sekaligus keras dalam memberi feedback.
Kalau pun lagu saya enggak banyak yang dengar, setidaknya saya bisa bilang bahwa saya pernah menulis lirik lagu. Ah, saya benar-benar enggak sabar dengar lagu saya dinyanyikan. Bulan Juni rasanya lama sekali 🙂